Page 139 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 139
Lintang menunggu waktu mengantar sebelum sholat magrib.
Dengan tergesa sepeda dikayuhnya sehingga nyaris terbang. Tak sampai
seperempatjam sepeda Lintang berhenti tepat di depan pintu rumah
Bu Haji. Dengan berdebar-debar Lintang memencet bel, sambil berdoa
Hilmi yang akan membukakan pintu.
Kreit….
“Ya, Mbak?” tanya Inah, pembantu rumah tangga Bu Haji.
Lintang lemas, semangatnya langsung turun ke titik nol.
Kekecewaan jelas tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.
“Eh Mbak Inah. Mas Hilmi ada?”
“Belum pulang Mbak. Masih pergi sama ibu,” jelas Inah, menatap
plastik yang dibawa Lintang. “Ada apa, Mbak?”
“Ini Mbak. Tolong sampaikan ke Mas Hilmi ya. Tadi srabinya rusak
satu kardus. Ini gantinya yang tadi rusak,” jelas Lintang.
“Baik Mbak. Nanti saya sampaikan,” kata Inah sambil menerima
plastik dari Lintang.
Lintang bergegas pulang dengan hati penuh rasa kecewa.
Harapan yang dipupuknya sia-sia. Ia ingin sekali bertemu dengan Hilmi,
tetapi lupa satu hal kalau Hilmi belum pulang. “Duh, sialnya aku. Smoga
saja srabi buatanku membuatnya senang,” harap Lintang memupuk asa.
Diam-diam ia menaruh hati pada pemuda itu.
***
Siang itu sepulang sekolah, Lintang mendapatkan kejutan yang
membuatnya hatinya bermekaran. Di ruang tamu, Hilmi duduk manis
sambil membuka majalah sekolah Lintang.
“Lho Mas Hilmi disini?” tanya Lintang tanpa mampu menutupi
rasa terkejutnya.
“Hai, Lintang. Terimakasih srabinya kemarin, enak sekali. Ibu
bilang kamu yang bikin sendiri ya. Kamu pintar sekali .”
Lintang tersenyum malu, hanya mampu menganggukkan kepala.
Wajahnya bersemu merah mendengar pujian Hilmi.
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 139