Page 134 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 134
mendukung usaha ibu. Dengan dibantu seorang tetangga, ibu membuka
kios di dekat kantor kecamatan. Usaha ibu cukup maju bahkan ibu bisa
membeli kios sendiri tiga tahun kemudian.
“Bu Haji pesan banyak sekali. Memang ada acara apa, Bu?” tanya
Lintang lagi setelah meneguk air putih. Srabinya sudah tandas. Tinggal
sisa srabi yang masih menempel di tangannya.
“Nggak ada acara. Katanya untuk putra Bu Haji yang baru pulang,”
jawab ibu singkat.
Lintang mengerutkan kening. Putra Bu Haji yang mana? Anak Bu
Haji ada tiga, laki semua. Yang sulung tinggal di Bandung. Yang kedua
kuliah diluar negri. Yang bungsu masih SMP.
“Ini dimasukkan ke kardus sekalian. Masih hangat,”perintah ibu.
Lintang menganggukan kepala, sesaat kemudian tangannya
sudah sibuk menyusun srabi di kardus kedua. Agar tidak lengket, setiap
srabi dipisahkan dengan sobekan daun pisang tipis. Semua disusun
dengan rapi dan hati-hati. Srabi hangat mudah sobek sehingga harus
pelan-pelan menyusunnya.
Limabelas menit kemudian tiga kardus srabi hangat sudah
disusun rapi di tas plastik besar dan siap diantar.
Lintang mengeluarkan sepeda dan mengikat kardus di jok
belakang dengan hati-hati. Tak lupa plastik kresek kecil berisi bungkusan
srabi digantungkan di setang sepeda. Kardus jangan sampai rusak karena
pelanggan tidak boleh dikecewakan. Ibu sudah bertahun-tahun menjaga
kepercayaan pelanggan dengan membuatkan pesanan srabi dengan
hati-hati dan cermat.
“Hati-hati, Nduk. Jangan sampai jatuh. Ingat srabinya sudah
ditunggu Bu Haji,” pesan ibu sambil mengawasi anak gadisnya.
“Siap, Bu. Srabi-nya OTW. Assalamu’alaikum,” kata Lintang
sambil mengayuh sepedanya dengan hati-hati. Bukan sekali ini Lintang
mengantar pesanan srabi ke pelanggan. Bahkan sepulang sekolah,
sebelum sempat ganti baju, Lintang sering mengantar pesanan srabi.
Sesekali Galih adiknya yang kelas 7 juga membantunya kalau pulang
134 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com