Page 129 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 129
Aku melangkah pergi dengan hati hancur.
“Sekar tunggu. Sekar….”
Tak kuhiraukan lagi panggilanmu. Aku terus melangkah tak
memperdulikanmu juga semua orang yang melihat kita. Kupercepat
langkah kakiku sampai di depan mall. Senja telah berganti malam, hujan
masih turun satu dua.
“Sekar, tunggu dulu.” Katamu sambil memandangku dengan
tatapan menghiba. Mata sendumu kali ini tidak mampu menahanku
lebih lama.
Aku hanya menatapmu dengan mata terluka dan bergegas
menerabas rintik hujan, berlari ke pangkalan taksi. Mataku kabur
sesaat masih melihatmu berdiri termangu menatap kepergianku. Di
belakangmu perempuan itu meremas pundakmu.
**
“Sekar, maafkan aku. Aku sama sekali tidak bermaksud melukai
hatimu,” katamu lirih tanpa berani memandangku.
Setelah berkali-kali aku menolakmu, hari ini aku tidak bisa
menghindar darimu lagi.
“Aku memang bersalah. Aku tidak mampu menjaga janji suci
kita. Aku mudah terbujuk. Tetapi asal kamu tahu, sampai detik ini aku
hanya sayang dan cinta kamu. Sungguh Sekar. Aku terpaksa melakukan
ini semua. Sita terlalu lemah. Dia sangat mencintaku bahkan telah
banyak berkorban untuk mendapatkan cintaku.” Ujarmu masih terbata.
Sangat mencintaimu? Lalu bagaimana denganku, bukankah
aku juga sangat mencintaimu? Bukankah selama ini aku juga banyak
berkorban demi cinta kita? Apakah ini tidak cukup bagimu? Batinku
kesal.
“Sekar, tolong jangan diam saja. Aku benar-benar menyesali apa
yang telah terjadi. Tetapi aku juga tidak bisa menghindar dari semua ini.”
“Apa yang kamu inginkan?”tanyaku dingin.
“Maafkan aku Sekar. Aku sulit untuk memilih. Sita benar-benar
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 129

