Page 126 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 126

“Ali, STOP!” teriak Galang lagi, merangsek mencoba menahanku.
        Tetapi tidak berhasil karena aku terus melangkah, kali ini sudah di pinggit
        tebing.
               Tinggal satu jangkauan lagi, tanganku terus terulur, mengukur
        kemampuan untuk menjangkau bunga itu. Satu jejakan kaki lagi, batinku
        yakin. Aku menguatkan hati  untuk menjangkau bunga di tepi tebing.
        Segalanya terasa begitu mudah. Ya, tinggal satu gerakan lagi, tanganku
        akan menjangkaunya.
               Tanah dan batu-batu mulai bergerak, meluncur, longsor. Sempat
        membuatku bergidik. Ketika sebongkah batu yang tepat di bawah kaki
        meluncur dengan cepat, aku baru tersadar. Menatap ngeri jurang dibawah.
        Batu-batu tajam siap menampung tubunku jika tergelincir. Mataku nanar
        dengan pemandaangan mengerikan di bawah. Tetapi semua terlambat.
        Saat aku mencoba mengeser tubuh untuk membatalkan niatku, tubuhku
        bergeser sedemikian cepat. Keseimbangan tubuhnya hilang dan semua
        berjalan sangat cepat. Bagai angin, aku meluncur.
               “ALI…..”
        Masih  kudengar  suara    pilu  Galang  saat  melihatku  terlepas  dari
        pandangan matanya. Mataku terpejam erat, menantikan tubuh disambut
        batu cadas. Satu hal yang kusesali,  melanggar larangan pendakian ini.
        Seandainya aku tidak berniat mengambil edelweis itu….

        Solo, 25 Mei 2015





















        126                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131