Page 128 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 128

“Maaf aku tidak bisa mengantarmu. Aku masih harus lembur,”
        katamu  di  telepon.  “  Sekar,  kamu  tidak  marah,  khan?  Maaf  sekali
        soalnya bahan  lemburan  buat rapat besok pagi.” Sambungmu  lagi
        menyakinkanku.
               Aku tersenyum dan mencoba bersikap biasa saja. “Oke,  tak
        mengapa.  Aku  bisa  jalan  sendiri.  Jangan  lupa  kamu  nanti  makan  ya.
        Jangan kemalaman,” ucapku  tegar. Toh kamu melakukan ini semua demi
        rencana masa depan kami. Kamu sangat rajin bekerja dan mengambil
        lemburan semata demi mengumpulkan pundi-pundi uang sebagai bekal
        rumah tangga kita kelak.
               Lembur?  Bisikku  sendu.  Kenapa  di  sini?  Tetesaan  air  mata
        mulai  membasahi  pipiku. Hubungan  kami  sudah  memasuki tahun
        ketiga. Dan enam bulan lagi kami merencanakan pernikahan. Kenapa
        ada pengkhianatan sementara masa depan yang kamu janjikan sudah
        membentang didepan mataku?
               Kenapa aku sampai   salah  menilaimu  selama ini?  Waktu dua
        tahun  lebih  belumlah  cukup  untuk memahami dirimu.  Hari ini  kamu
        telah  menikamkan  belati  di  hatiku.  Aku  menyesal  karena  tidak  peka
        akan perubahan sikapmu akhir-akhir ini. Beberapa kali kamu tidak  bisa
        mengantarku pergi dengan berbagai alasan. Bahkan kamu juga tidak bisa
        menjemputku dan  membiarkan aku pulang  kerja  berdesakan dengan
        penumpang lainnya. Kenapa aku tidak menaruh curiga sedikitpun?
               Setelah mengeringkan air mata,  kupaksakan diri  melangkah
        mendekatimu. Aku berusaha tegar dan berdiri tegak di depan kalian.


               “Halo,” sapaku dengan bibir  bergetar.  “Sekarang lemburnya
        pindah  disini?”  lanjutku  lagi  sambil  menyunggingkan  senyum  getir
        menahan emosi yang meluap di dada.
               Kamu  tergagap, melepaskan tangan  perempuan itu  dan
        menatapku dengan muka pucat, tidak pernah menyangka melihatku di
        tempat yang sama.
               “Sekar? Kau…” katanya terbata.




        128                  Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133