Page 122 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 122
Pendakian Terakhir
“Kamu jadi berangkat besok?” tanyamu sambil memandangku
penuh kekhawatiran. Matamu yang bulat indah dan biasanya bersinar
terang, kali ini terlihat redup menyiratkan ketidakikhalsan melepasku
pergi.
Aku tersenyum, mengambil tanganmu dan mencium perlahan.
Ada getaran kurasakan saat tangan halusmu kusentuh.
“Al …please jangan pergi. Kali ini saja. ”
“Ta, bukan kali ini saja aku pergi. Kenapa kamu setakut ini?
Bukankah selama ini semua baik-baik saja?”
“Tapi, Al?” katamu dengan nada merajuk. Kali ini tanpa ada
kemanjaaan, tetapi bertumpuk kekhawatiran. “Firasatku tidak enak,”
sambungnya lagi, lirih.
“Sayang, pendakian ini sudah kami rencanakan. Kamu juga tahu
kalau aku harus berangkat. Anak-anak baru itu butuh pembimbing dan
ini sudah tanggungjawab kami,” tegasku menyakinkan Tata yang terus
membujukku untuk membatalkan pendakian.
Mata bulat itu meredup, penuh rasa putus asa. Tata tahu tidak
mungkin bisa mencegah kepergianku kali ini. Hati-hati, aku menunggumu
kembali, akhirnya hanya kalimat itu yang mampu terucap dari bibirnya
saat aku berpamitan pulang.
**
Bukan kali ini saja aku pergi, sudah puluhan kali kakiku lincah
menapaki jalanan terjal gunung. Semua kulakukan dengan rasa percaya
diri dan kemantapan hati. Hobi yang kulakukan semenjak aku kuliah
semester satu ini memang menjadi tantangan tersendiri buatku. Meskipun
awalnya ibu melarang karena kebiasaanku itu membuatnya khawatir
tetapi lambat laun ijinnya keluar juga. Saat Tata menjadi kekasihku ia
juga awalnya keberatan dan merasa yakin mampu mengubah hobiku.
Tetapi aku selalu melaksanakan semua rencana pendakian dan akhirnya
122 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com