Page 117 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 117
Jawi menenguk air mineral sampai tandas satu botol. Setelah
menghela nafas, ia berujar,” Mudah-mudahan ya Mbak. Saya berusaha
berlatih keras. Hanya saja badan rasanya mau copot. Susah bener
gerakan tarinya.”
Lagi-lagi perempuan kuning langsat yang rambutnya sepinggul
itu tertaawa. Suaranya halus dan empuk. Pembawaannya yang lemah
lembut sangat cocok dengan wajahnya yang cantik. Khas putri solo.
Jawi tersenyum getir membandingkan dirinya dengan Mbak Witri yang
seratus delapan puluh derajat beda.
“Mbak pulang dulu, ya,” Mbak Witri berpamitan mengikuti
teman-teman sanggar yang satu persatu sudah bergegas. Jawi menjawab
dengan anggukan.
**
Bukan hal yang mudah bagi Jawi yang selama hidupnya selalu
berpenampilan tomboi, bercelana panjang, berambut pendek dan
selalu bergaul dengan teman laki-laki. Tumpukan baju dilemarinya
yang besar hanya berisi tiga potong rok sekolah, lainnya celana panjang
dan pendek. Karena terlalu tomboi sejak keci, bahkan ayah, ibu dan
kakaknya memanggilnya Si Tom, Si Tomboi maksudnya. Dan Jawi enjoy
saja. Semua yang mengenalnya dengan mudah menganggapnya cowok
banget. Apalagi selama ini Jawi mengikuti klub sepakbola di sekolahnya,
ikut pencak silat, balap motor dan suka mendaki gunung. Rasanya tidak
ada perempuan yang bisa sekuat dan setangguh Jawi.
Sikap Jawi berubah total ketika kuliah semester lima dan mulai
menerima perhatian dari Satrio, teman sefakultasnya yang sejak semester
pertama tak bosan memikat hatinya. Celakanya di saat Jawi merasakan
getar-getar cinta, ia harus menerima kenyataan kalau ternyata Satrio
berasal dari keluarga kraton, berdarah biru yang masih memegang
tata karma dan budaya keraton yang tinggi. Tidak hanya tutur katanya
yang sangat halus tetapi juga soal kebiasaan dan kebisaan sebagai
keluarga kraton masih dijunjung tinggi. Satrio bersikap biasa saja dan
Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com 117