Page 140 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 140
“Mas Hilmi…?”
“Ini, Nak Hilmi. Ma’af menunggu agak lama,” seru ibu sambil
berjalan membawa kardus berisi srabi. “Kamu sudah pulang, Nduk?”
Lintang mengangguk, bersalaman dan mencium tangan ibu.
“Ini Nak Hilmi, anak saya yang besar Lintang namanya,” kata ibu
sambil tersenyum.
“Iya, Bu. Saya sudah kenal waktu mengantar srabi kemarin,”
jawab Hilmi sopan.
Ibu tersenyum dan menyerahkan srabi sebelum Hilmi permisi
pulang.
Hilmi mengangguk, meninggalkan senyum manis untuk Lintang
dan hilang ditelan mobilnya.
Lintang bersorak dalam hati, menyadari keberntungannya siang
ini.
***
Sejak hari itu, hubungan Hilmi dan Lintang menjadi akrab.
Beberapa kali Hilmi datang membeli srabi dan berbincang dengan
Lintang. SMS juga sering dikirimkan. Lintang merasa senang dan
harapannya terus melambung tinggi. Ia yakin suatu hari nanti, Hilmi akan
menyatakan cinta kepadanya. Hubungan mereka dekat dan sepertinya
Hilmi tertarik dengan Lintang.
Suatu sore, Lintang diminta ibu untuk mengantar pesanan srabi
ke mall. Ada sebuah toko bakery yang menjual kue tradisional, dan srabi
buatan ibu menjadi salah satu pilihan mereka.
Saat Lintang selesai menerima uang pembayaran srabi, ia bergegas
pulang, tetapi langkahnya terhenti saat sebuah suara memanggilnya.
“Lintang..ini Lintang anak SMA 1?” tanya seorang perempuan
cantik.
“Eng…Mbak Ayu? Ini Mbak Ayu?” tanya Lintang setengah tidak
percaya.
140 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com