Page 142 - Kumpulan CerPen-by Suci Harjono
P. 142
Tak ada yang bisa mencegah kepergian Lintang. Dia terlanjur
dibakar cemburu melihat Mbak Ayu dan laki-laki yang selalu menghiasi
lamunannya. Lintang terus berjalan tanpa menoleh lagi. Hatinya sudah
pupus melihat kenyataan yang tidak akan dilupakannya. Kuncup di
hatinya berguguran sebelum sempat berkembang.
***
Dua hari kemudian, saat Lintang keluar dari sekolah, Mas
Hilmi menunggunya sambil berdiri di motor dan melambaikan tangan.
Awalnya Lintang ragu, tetapi karena Mas Hilmi terus melambai, Lintang
mendekatinya. Ada kelegaan melihat Mas Hilmi, sekaligus rasa was-was
dan kecewa.
“Yuk, aku antar pulang,” kata Mas Hilmi sambil menyerahkan
helm kepada Lintang.
“Nggak usah Mas. Lintang pulang sendiri saja,”tolak Lintang
halus.
Hilmi memandang wajah Lintang dan dengan cepat memaksa
Lintang untuk naik,” Sudah ayo Mas antar. Mas mau bicara sebentar,”
ajak Hilmi memaksa.
Lintang tidak berdaya, ikut diboncengan motor Hilmi yang
membelah siang hari dijalanan yang padat. Beruntung juga Lintang
di jemput karena beberapa angkuta yang melintas penuh dengan
penumpang. Bisa-bisa Lintang masih di sekolah menunggu angkuta.
Motor perlahan dan berhenti di depan rumah Lintang.
“Lintang, besok Mas berangkat. Mudah-mudahan liburan depan
kita bertemu lagi.”
Lintang memandang pemuda di depannya, mengangguk. Mas
Hilmi-nya akan kembali meneruskan kuliahnya. Butuh waktu lama
untuk bertemu kembali. “Iya, Mas. Hati-hati. Semoga kuliahnya lancar,”
ucap Lintang pendek menahan rasa sedihnya. Tidak terasa waktu cepat
berlalu.
142 Suatu Malam di Sebuah Jalan_ Suci Harjono_sucihan03@gmail.com