Page 15 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 15
jika ia memang ingin memperolehnya. Islam sangat menghargai orang-orang yang
cinta akan kebenaran. Bahkan dikatan dalam sebuah hadist, bahwa pahala Allah
SWT akan tetap diberikan kepada mereka yang cinta akan kebenaran walaupun
kemudian ternyata keputusannya tersebut adalah salah. Berpikir adalah lambang
esensial bagi aktivitas filsafat. Dengan berpikir orang berupaya meraih pengertian-
pengertian tentang hidup dan kehidupan serta memahami berbagai hal muncul
dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman dan kesejarahan manusia yang akan
membawa dirinya memiliki pandangan yang luas dan menyeluruh tentang segala
realitas yang menjadi objek pemikirannya.
Semua orang dapat melakukan aktivitas berpikir, karena memang
karakteristik manusia yang utama adalah demikian, namun tidak semua kegiatan
berpikir dapat dikategorikan sebagai berpikirr falsafat. Berpikir filsafat senantiasa
ditandai dengan berpikirr logis, sistematis, kritis, metodis, radkal, utuh dan
menyeluruh tentang segala sesuatu, sehingga berbentuk suatu kebulatan
pengertian dan pemahaman tentang realitas yang dipikirkan yang akan menjadi
kesimpulannya. Karakternya yang seperti ini manjadikan dirinya tidak dapat didekati
oleh semua orang, kecuali orang-orang memiliki kemampuan khusus untuk itu.
Dikatakan sebagai kegiatan berpikir logis, memang dalam keeluruhan aktivitas
filsafat mengikutsertakan tindakan rasionalitas yang menjadikan produk filsafat akan
mudah ditelusuri tata logisnya, dan karena akan dapat diterima secara nyata bagi
orang-orang yang berpikir rasional. Kegiatan berpikir filsafat ini pun adalah kegiatan
berpikir sistematis. Dalam aktivitasnya selalu pula disinonimkan dengan berpikir
kritis. Hal ini mengingat dalam setiap gerak kegiatan filsafat yang menjadi objek
telaahnnya guna untuk menemukan suatu keputusan yang baik, benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk memperoleh keputusan yang benar, diperlukan
peninjauan wilayah objek secara menyuluruh sehingga tidak ada satu dimensi pun
yang terabaikan.
Dalam aktivitas berpikir kritis selalu ditandai dengan kegiatan filsuf dalam
membuat semua pernyataan atau penegasan yang di dalamnya senantiasa
mempunyai dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologis-etis yang kokoh dan dapat
dipertanggungjawabka secara rasional. Hal ini diidentifikasi dengan penyelidikan
yang dalam akan setiap pandangan yang ada, sehingga tidak begitu saja akan
menerima dan atau menolak setiap anggapan tanpa ditelaah prinsip-prinsip dan alur
pikirnya secara mendalam dan menyeluruh. Pendeknya kebenaran yang ditemukan
dari berpikir kritis bukan didasarkan pada banyaknya orang yang mendukung dan
atau menolak tetapi benar-benar didasarkan pada kebenaran in-self. Sedangkan
berpikir sistematis memperlihatkan aktivitas berpikir filsafat yang senantiasa melihat
4