Page 17 - Filsafat Ilmu dan Rekonstruksi Teori - Syarifuddin
P. 17
pemikiran yang dapat berimplikasi pada tata kehidupannya di dunia. Oleh karena itu
wajar jika Harold H. Titus menyebutkan bahwa filsafat tidak lain adalah sekumpulan
sikap hidup yang terbentuk dari berpikir kritis tentang realitas kehidupan dan alam.
Hidup itu sendiri adalah bagaimana subjeknya dapat menyikapi berbagai realitas
yang ada yang berdasarkan itu pula muncul sikap dan pola hidup dan berkehidupan
positif yang menyempurnakan bagi identitas subjeknya.
Semakin jernih seseorang memandang berbagai ragam realitas yang ada
maka semakin memunculkan sikap positif sebagai lambang kearifan seseorang
dalam menghadapi realitas. Dapat ditegaskan bahwa, adalah suatu keniscayaan
bagi seorang filsuf untuk senantias bersikap arif dan konsekuen dalam memandang
segala sesuatu. Sikap akan terlihat dari aktivitasnya yang tidak memberikan
kepemihakan dalam memandang realitas. Sikap ini adalah realitas sikap keadilan
yang ada dalam diri manusia ketika ia dihadapkan pada setiap dimensi yang terlihat
dalam penataan pembuatan keputusan. Oleh karena itu seseorang tidak dapat
dikatakan arif, jiak, jika ia bersikap tertutup dalam memandang sesuatu karena
kebenaran yang dilihat hanya dari satu sisi saja dan tentu akan mengabaikan sisi
yang lain.
Filsafat adalah suatu proses berpikir logis, kritis, dan sistematis tentang
segala realitas yang ada dan mungkin ada yang akan menjadi sikap dan keyakinan
yang sangat dijunjung tinggi oleh subjeknya. Filsafat adalah upaya yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan pemahaman dan gambaran makna yang jelas dan
benar tentang sesuatu dalam keseluruhan hakikatnya. Filsafat adalah analisis yang
diarahkan untuk mencari makna kata dan kajian dalam suatu pemikiran, sehingga
dikemukakan apa yang dikehendaki oleh pemikirnya.
Filsafat adalah upaya sungguh-sungguh untuk memahami berbagai
persoalan alam yang ada dalam keseluruhan realitas. Filsafat adalah mencari
jawaban atas berbagai persoalan yang menjadi perhatian khusus manusia dalam
kehidupannya. Studi filsafat akan dapat membantu subjeknya memahami secara
baik siapa dirinya, kenapa ia disini, kemana arah kehidupannya, dan bagaimana
mesti mengisi kehidupannya agar dapat bernilai guna yang akan menunjuk pada
identitas dirinya yang sejati, yakni sebagai makhluk yang diciptakan dengagn sara
nilai moral. Berpikir murni sebagai kegiatan berpikir filsafat itu tidak dapat dibatasi
begitu saja, karena memang kawasannya yang tidak saja menyangkut alam nyata,
tetapi juga meliputi upaya penjelajahan di luar dirinya. Oleh karena itu aktivitas
berpikir filsafat akan meliputi segala realitas dalam keseluruhan wujudnya termasuk
juga realitas ketuhanan dan alam abstrak lainnya.
6