Page 27 - Falsafah
P. 27
www.flipbuilder.com ©®
www.flipbuilder.com ©®
sarjana muda. Ibu saya dengan peninggalan dari ayah saya, membuat
sebuah warung sembako di sebelah garasi mobil. Disinilah dunia baru
dalam perdagangan, dimana saya kepasar, menimbang beras, gula,
terigu,telur, dll., saya jalani. Dunia dagang, hampir setahun saya lalui.
Keasikan untuk berdagang sehingga kuliah terbengkalai dan cuti
akademik pun saya ambil. Saya pun tertinggal jauh dari teman2 satu
angkatan saya.
Setelah 3 tahun warung sembako berjalan, bakat yang terpendam
hasil turunan dari orang tua khususnya ayah saya mulai timbul yaitu
belajar mengajar dengan modal keberanian sebagai seorang Pramuka pada
waktu SMP dan SMA.
Adalah Bapak Abdullah Basri. Saya menyebutnya PAMAN/OM yang
dituakan di keluarga saya dan merupakan anak angkat dari orangtua saya
yang datang ke rumah untuk mengajak mengajar di sekolah yang didirikan
beliau di daerah Pondok Gede yaitu SMP/SMA SANDIKTA.
Fase Kedua; Masa Bekerja dan Berjodoh
Pada tahun 1991 pertama kalinya saya datang ke SMP/SMA
Sandikta untuk mengajar. Bertemu dengan wakil kepala sekolah SMA
Sandikta Bapak Drs Ayub Khantama. Diberinya arahan bahwa saya
mengajar kelas 1 dan 2 untuk mapel Biologi, dengan total jam
pembelajaran 7 jam seminggu. Pada malam sebelumnya, saya datang ke
sekolah, Pak Ayub memberikan buku yang akan saya pakai untuk
mengajar esok harinya. Setelah mendapatkan buku Biologi sebagai
pegangan dan panduan sebagai seorang guru, tengah malam sampai jam 2
dini hari, saya belajar. Mempersiapkan, mengulang-ulang materi kelas 1
dan 2 untuk dipaparkan esok hari ketika berdiri di depan kelas.
Keesokan harinya, setelah sholat subuh dengan menggunakan mobil
daihatsu zebra, sampailah saya di Sandikta. Bertemu dengan bapak Ayub
dan dipersilakan langsung menuju ke kelas 2 Biologi. Dalam pembukaan
mengajar di kelas, saya memperkenalkan diri dan bercerita tentang Biologi
beserta keanekaragamannya. Tanggapan mereka ternyata luar biasa
dengan antusias yang sangat tinggi. Ini yang membuat semangat saya
timbul dan betapa saya rasakan nikmatnya menjadi seorang guru,
Siang hari saya bertemu dengan bapak kepala sekolah yaitu H.
Muchtar BA., yang kini telah almarhum. Pada saat itu juga beliau
memanggil saya ke ruangan kantornya. Beliau menyatakan bahwa dalam
mengajar biasakan dengan memanggil “BAPAK”. Saya nyatakan bahwa
saya masih terlalu muda untuk dipanggil bapak. Tapi aturan menyatakan
begitu ya.. sudahlah saya ikuti saja.
25