Page 190 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 190
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
penimbun tersebut sehingga saudagar Arab, Persia, dan India, tidak terlampau
jauh mengambilnya. Menurut berita Cina, hanya saudagar Tionghoa yang
mengambil langsung ke Maluku―itu pun tidak terlalu banyak dan tidak sering
(Groeneveldt 1960). Bandar-bandar penimbun tersebut antara lain di Barus, Kota
Cina (Medan), Lamuri, Kampe, Jambi, Palembang, Malaka, dan beberapa bandar
di pantai utara Jawa.
9.8 Wali Sanga, Orang Suci dan Tasawuf
Di Tanah Jawa, Wali Sanga dikenal sebagai sem bilan orang Wali-Ullah yang
merupakan penyiar-penyiar terkemuka agama Islam. Dengan giat mereka
menyebarkan dan mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam. Pada waktu
penduduk Tanah Jawa masih berkeper cayaan lama tentang hal-hal yang gaib,
para wali tersebut dipercaya memiliki keku atan gaib, atau mempunyai kekuatan
batin yang berlebih, dan ilmu yang tinggi. Oleh karena itulah mereka dipercaya
sebagai pembawa dan penyiar agama Islam ahli dalam tasawuf.
Sesuai dengan sebutannya Wali Sanga berjumlah sembilan orang, yaitu
Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga,
Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Syekh Siti Jenar. Kebanyakan dari
gelar-gelar itu di ambil dari nama tempat mereka dimakamkan, misalnya Gunung
Jati di dekat Cirebon, Drajat dekat Tuban, Muria di lereng Gunung Muria, Kudus
di Kudus, dan sebagainya. Dalam masa hidupnya mereka menyebarkan agama
Islam di daerah tempatnya bermukim. Di wilayahnya itu mereka juga membangun
masjid sebagai tempat beribadah. Di daerah sekitar kaki selatan Gunung Muria,
banyak ditemukan tinggalan makam para wali dan masjid tinggalannya, yaitu
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Kudus. Masjid yang dibangun adalah
Masjid Demak dan Masjid Kudus.
Di Maluku tidak dikenal wali seperti di Tanah Jawa. Penganut Islam di Maluku
hanya mengenal semacam orang suci yang menjadi tokoh masyarakat karena
telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam di wilayahnya. Beberapa makam
tokoh agama menjadi obyek ziarah. Pada hari-hari tertentu, seperti menjelang
bulan Ramadhan, ramai diziarahi umat Islam dari daerah sekitarnya. Petilasan
orang-orang suci di daerah Maluku terkesan sederhana, tidak ditemukan tulisan
174