Page 189 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 189

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               Sultan Malik as-Saleh. Ada dua hal yang dapat dicermati pada batu nisan itu dan
               merupakan petunjuk pengaruh Persia. Aksara yang dipahatkan pada batu nisan
               merupakan aksara shulus yang cirinya berbentuk segi tiga pada bagian ujung.
               Gaya aksara jenis ini berkembang di Persia sebagai suatu karya seni kaligrafi.
               Kalimat yang dipahat kan bernafaskan sufi semisal “Sesungguh nya dunia ini fana,
               dunia ini tidaklah kekal, sesungguhnya dunia ini ibarat sarang laba-laba.”


                   Indikator Persia lain ditemukan pada batu nisan Na’ina Husam al-Din berupa
               kutipan syair yang ditulis penyair kenamaan Persia, Syaikh Muslih al-din Sa’di
               (1193–1292).  Ditulis dalam  bahasa Persia dengan  aksara Arab,  batu  nisan  itu
               merupakan  satu-satunya yang ditemukan  di Asia Tenggara.  Bentuknya indah
               dengan hiasan pohon  yang  distilir atau disamarkan  dan hiasan  kaligrafi  yang
               berisikan kutipan syair Persia dan kutipan al-Quran II: 256 ayat Kursi.

                   Di kawasan  timur Nusantara, termasuk  Sulawesi,  Maluku,  Papua,  dan
               Nusatenggara Timur, pengaruh Persia dalam bentuk budaya materi, seperti batu
               nisan bertulisan aksara kufik hingga kini belum ditemukan. Beberapa upacara

               peringatan Islam masih ditemukan tetapi dalam bentuk lain, seperti di Jawa dikenal
               ziarah ke makam para wali (Wali Sanga), upacara tabot (peringatan wafatnya
               Hasan), dan naskah seperti Hikayat Amir Hamzah di Aceh. Meski demikian, di
               daerah  Moloko Kie  Raha  dan kepulauan di  sebelah  selatannya  masih tumbuh
               subur  berbagai  aliran tarekat.  Kesemuanya  merupakan indikator kehadiran
               pengaruh Persia yang berkembang sebagai akibat aktivitas perdagangan rempah
               pada masa lampau.

                   Meskipun  di belahan barat Nusantara banyak ditemukan situs  arkeologi
               yang  memberi  petunjuk  hubungan perdagangan  dengan Persia,  India,  dan

               Arab, namun hingga kini belum ditemukan hal serupa di wilayah timur. Padahal,
               faktanya komoditi perdagangan sejak awal tarikh Masehi, yaitu rempah-rempah,
               semuanya  didatangkan dari kawasan  timur  Nusantara. Boleh jadi  pada  masa
               itu,  bandar-bandar  niaga  yang terdapat  di kawasan sebelah  barat  Nusantara
               merupakan bandar tempat penimbunan (entrèport). Komoditi rempah-rempah
               didatangkan  dari Maluku,  kemudian  saudagar  dari  Arab,  Persia,  India,  dan
               Tiongkok mengambilnya di bandar-bandar penimbun tersebut. Para saudagar
               dari  Maluku  membawa  langsung barang  dagangannya  ke  bandar-bandar





                                              173
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194