Page 71 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 71

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU



               pada timbangan.

                   Salah satu komoditas utama Luwu yang terkenal sejak masa silam adalah
               besi yang dibuat sebagai kelewang, keris, badik, dan tombak. Senjata-senjata
               besi dari Luwu memiliki pamor yang sangat bagus. Menurut van Braam Morris,
               Rongkong dan Wotu merupakan dua wilayah yang terkenal menghasilkan senjata
               tajam berkualitas  baik. Besi  bahan baku  pembuatan  senjata dikenal dengan

               istilah pamoro yang ditambang di wilayah Tarongkong dan Ussu, sementara emas
               ditemukan di Susu yang terletak di pegunungan sebelah barat Cimpu, di Latupa
               dekat hulu Sungai Palopo, di Dampang Toreo di pedalaman Toraja serta di wilayah
               utara barat laut Palopo. Pada masa lampau benda-benda tersebut dipertukarkan
               dengan garam, kain tenun, tembikar, dan barang-barang tembaga.

                      dapun hasil hutan Luwu yang merentang di pantai utara dan pantai timur
               Teluk Bone berupa sagu, rotan, madu, lilin, damar, kayu pertukangan yang baik,
               nipa rumbia,  dan bambu.  Hasil hutan itu merupakan  karunia bagi penduduk
               Luwu pada masa lampau karena merupakan sumber alam yang tidak ada habis-

               habisnya sehingga  membuat  orang luar  memandang  mereka  sebagai  bangsa
               pemalas.  Para pedagang  yang datang terutama  adalah orang-orang  Arab,
               Cina, Bugis, dan Makassar, yang tinggal sementara untuk mengumpulkan hasil
               bumi termasuk biji kopi yang berkualitas baik. Pada akhir abad ke-19, banyak
               kapal pedagang yang datang ke Palopo dan terus meningkat sejak 1886 untuk
               mengangkut hasil bumi dari wilayah itu. Kapal-kapal tersebut berasal dari Wajo,
               Pontianak, dan Singapura. Biasanya kapal pedagang datang pada bulan Juli atau
               Agustus kemudian pulang membawa sago, rotan, kopi, lilin, kulit, soga (bahan
               membatik) dan kayu nibong untuk dibawa ke Singapura. Disebutkan, perdagangan

               sagu mencapai kurang-lebih 15.000 pikul, rotan sekitar 10.000 pikul, dan kopi
               mencapai 6.000 pikul setiap tahun. Lokasi perdagangan terpenting terdapat di
               Suling, Larompong, Bua, Batatongka, Wotu, Burau, dan beberapa kampung di
               Mengkoka yang terletak di dekat pantai dan muara.



               3.4   Struktur Sosial dan Kehidupan Sosial
                      di Kedatuan Luwu


                   Dalam pemerintahan Kedatuan Luwu, seorang raja pada umumnya disebut



                                               55
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76