Page 70 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 70
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
Parupange, Amasang, Bolasadae, Batupai, Pajalesang Bunturu, Tompotikka,
Warue, Songka, Penggoli, Sabamparu, Laminda, Kampongberu, Balandai,
Ladiadia, dan Rompuang.
Adapun sungai-sungai utama di wilayah Luwu mengalir di wilayah
selatan Palopo yaitu Sungai Bariko, Larompong, Cimpu, Suling Jene Maejae,
Olang Ponrang, Bua, Songka, Palopo, dan Picempute. Sedangkan di sebelah
timur terdapat Sungai Salo Bulo, Tamalaba, Walenrang, Marowo, Lamasing,
Pompengngang, Laburaburao, Laore, Uppa, Uwae-Lawi, Mantalinga, Pao
Biro atau Patimang, Tokkee, Tamponge, Cappa-Salu, Lapunte, Walo, Jampu,
Batalongka, Tammuko, Patila, Setang-setang, Lauwo, Laborau, Saluwanna,
Batubalo, Wotu, Bubu, Langkara, Cerekang Ussuq. Sementara itu yang terdapat
di wilayah selatan Ussuq adalah Sungai Lelewau, Pao, Kolako, Tohuwa, dan
Passuloi. Di sebelah selatan Mengkoka terdapat Sungai Pondo Pulo, Bua Tallang
dan Towari yang bermuara di Teluk Bone.
Adapun sungai yang terbesar di Luwu adalah Sungai Ussuq yang berhulu di
Danau Matano, kemudian Sungai Cerekang yang dapat dilayari perahu besar
hingga pedalaman. Sungai Ussuq dapat dimasuki hingga pedalaman dengan
mengayuh perahu selama dua hari perjalanan karena harus melawan arus.
Disebutkan oleh Morris bahwa pada 1861 sungai ini dikunjungi oleh Gubernur
J. A. Bakkers dengan mendayung selama dua hari melawan arus dan wilayah
pinggir sungai pada masa itu belum berpenghuni. Namun, sekitar akhir abad ke-
19, wilayah itu menjadi ramai sebagai jalan pengangkutan damar dari pedalaman
menuju kota Palopo.
Sungai Jenemaejae merupakan salah satu sungai yang unik di Luwu karena
airnya berwarna merah. Sungai itu beraliran deras dan jarang dilayari karena
tidak berpenghuni di tepiannya. Sedangkan Sungai Larompong dan Bua
merupakan jalur utama pengangkutan komoditi kopi dari pedalaman yang ramai
dikunjungi dari pedalaman. Adapun komoditi kopi yang terutama berasal dari
Toraja memiliki kualitas yang baik karena dipetik saat masak di batang pohon
dan hanya buah yang telah merah saja yang dipetik. Disebutkan bahwa orang-
orang Toraja tidak mengikuti pengaruh para pedagang luar yang berbuat curang
dengan membasahi biji kopi jualan mereka untuk mendapatkan tambahan berat
54