Page 111 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 111

,,,_, ··-·····  ·-········--------  ---..






                kaum  kolonialis  lnggris.  Orang-orang  hukumanan  atau  orang-
                orang  yang  dikontrakkan  sebagai  kuli  atau  tenaga  kerja mem-
                bangun  benteng,  jalan,  dan  pelabuhan  merupakan orang-orang
                 yang  bemasib  malang  dalam  arti  hampir  seluruh  hidupnya
                diabdikan  sebagai  kuli  paksa  kolonialis  Inggris.  Namun  dari
                sekian  jumlah  orang-orang  yang  dikerjakan  itu.  ada  juga  yang
                merasa    kerasan    dan  sesuai  hidup  atau  tinggal  di  tempat-
                tempat masyarakat  Bengkulu. Dari sejumlah orang-orang seperti
                ini  setelah  mengalami  masa  bebas  banyak  yang  kawin  dengan
                puteri-puteri penduduk pribumi.
                 1.  Masyarakat Kota Selama Penjajahan Inggeris
                    Penduduk daerah  Bengkulu  tidak banyak jumlahnya, begitu
                juga  di  bilangan  kota.  Mereka terdiri  atas orang-orang Melayu,
                orang  Rejang,  Lembak,  Pasemah  dan  Serawai.  Kehidupannya
                rukun,  tenteram  dan  bersahaja.  Sebagian  terbesar  penduduk
                hidup  sebagai  petani  dan  selebihnya  hidup  sebagai  nelayan,
                tukang,  pedagang,  dan  sangat  sedikit  sekali  yang bekerja pada
                pihak  Inggeris.  Pekerjaan  petemakan  dan  pekerjaan  tangan
                seperti menganyam  dan menenun serta membuat barang pecah-
                belah  merupakan  pekerjaan  sambilan.  Seluruh  penduduk
                memeluk  agama  Islam.  Mereka  patuh  dan  teguh  pendiriannya
                dengan  adat  istiadat  warisan  leluhur.  Kesenian  daerah  hidup
                subur bersamaan dengan kehidupan adat dan upacara tradisional
                 yang terpelihara.  Pola hidup gotong royong mewamai kehidup-
                an  masyarakat.  Kesatuan  dan  kerukunan hidup  dalam  keluarga
                terbina  dengan  baik.  Hal  ini  tampak  pada  sistem  kerabat  dan
                 perbahasaan  (sapaan,  panggilan,  julukan,  gelar)  yang  mem-
                 budaya di tengah-tengah masyarakat.
                    Pada tanggal  24  Juni  1685 kapal  dagang Inggeris datang ke
                 Bengkulu.  Rakyat Kerajaan Sungai Lemaui dan Kerajaan Silebar
                 menyambut pedagang bangsa asing itu dengan  baik  dan ramah-
                tamah.  Hal  ini ada kaitannya dengan situasi Kerajaan Banten di
                 bawah  kekuasaan  Sultan  Haji.  Semasa  Banten  dipimpin  oleh
                 Haianuddin dan kemudian oleh  Sultan Agung Tirtayasa, daerah


                 102
   106   107   108   109   110   111   112   113   114   115   116