Page 48 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 48

Pusat  operasi  perdagangan,  kolonisasi  dan  kristenisasi
           oleh  Portugis yang berkedudukan  di  Temate,  Maluku  Utara
           dipindahkan  ke  Maluku  Tengah  pada  tahun  1570  karena
           hubungannya  dengan  Sultan  Ternate  mulai  memburuk.
           Akibatnya  terjadinya  peperangan  antara  kedua  belah  pihak
           terutama pertentangan agama yang merupakan salah satu segi
           yang menyolok yang telah mengorbankan ribuan orang Maluku,
           baik  pemeluk  Islam  maupun  pemeluk  Kristen.  Hal  ini
           disebabkan antara lain; guna mengembangkan dan melindungi
           usaha-usahanya dalam  bidang perdagangan dan keagamaan,
           Portugis  selalu  menggunakan  siasat  serta kekuasaan  politik
           militemya.
               Sementara  itu,  akibat  usaha-usaha  misi  Katolik,  di-
           antaranya  oleh  Pater Fransiskus  Xaverius  pada  tahun  1546,
           agama Kristen Katolik telah diterima oleh sebagian penduduk
           Ambon-Lease,  Seram  dan  Maluku  Utara.  Hal  ini  terutama
           agama suku  atau agama asli  diganti  dengan  agama  Kristen,
           dengan segala implikasi dan konsekwensinya.  Pengaruh agama
           Kristen itu terdapat juga dalam segi-segi lain dari kebudayaan
           asli,  karena  dalam  kebudayaan  asli  penduduk  agama
           merupakan  suatu  unsur  yang  pokok  yang  tidak  dapat
           dipisahkan  dari  adat  istiadat,  bahasa dan  unsur-unsur  lain
           dalam kebudayaan penduduk setempat.
              Guna  memudahkan  pihak  kolonial  dalam  bidang
           perdagangan dan pengawasan, maka sejak masa Portugis dan
          kemudian  Belanda,  penduduk  di  beberapa  pulau  dari
           negeri-negeri  lama  di  pegunungan  diturunkan  ke
          tempat-tempat baru di dekat pantai.  Proses perpindahan ini,
          merupakan  suatu  peristiwa  yang  membawa  perobahan-
          perobahan  yang  sangat  luas  dan  penting,  terutama  dalam
          susunan  masyarakat.  Cooley  menyebutkan  bahwa tindakan
          tersebut, kalau dilihat dari perspektifmanusia dan waktu hanya
          dapat  digambarkan  sebagai  sesuatu yang  amat  radikal  dan
          telah  menggoncangkan  manusia  Maluku  dan  meninggalkan
          bekas-bekasnya  dalam  kejiwaan  orang-orang  Maluku  sampai
          sekarang ini.  (Cooley: Ibid. 122).



                                          33
   43   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53