Page 233 - PENILAIAN-STATUS-GIZI
P. 233
Penilaian Status Gizi
Obesitas menaikkan tingkat risiko mortalitas dan pengurangan berat sering
menghadapi berbagai kesulitan. Studi literatur terapi komplementer menunjukkan bahwa
tidak efektifnya pengurangan berat badan dengan akupuntur, akupresur, dan obat suplemen
(Pittle & Ernst, 2005). Sebaliknya berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan fisik
jangka panjang merupakan faktor penurun berat badan. WHO mendefinisikan obesitas
sebagai kelainan kronik dan karenanya memerlukan penanganan program jangka panjang.
Penanganan obesitas meliputi terapi farmakologis dan bedah, intervensi diit, promosi
aktiviats fisik (Melin et al, 2003l Inelmen et al; 2005 dalam E. Indrianti, 2010) latihan olah
raga, terapi perilaku dan dukungan konseling (Faith el,al., 2000). Inelmen et.al., (2005)
melaporkan bahwa faktor penyebab drop-out yang paling sering pada program penanganan
penurunan berat badan adalah pasien yang bekerja penuh waktu (working full time). Hal ini
menyiratkan bahwa di perkotaan, pekerja keras tidak menyisakan waktu untuk olah raga
merupakan golongan masyarakat yang sulit untuk menurunkan berat badan. Hayflick (1996)
dalam penelitian bioantropologi melaporkan bahwa berat badan maksimal manusia dicapai
pada umur antara 35-54 tahun yang merupakan kisaran umur produktif. Dengan demikian,
efek kesehatan yang buruk akibat obesitas yang berhubungan dengan kerja keras dapat
memperpendek umur manusia jika tidak diimbangi gerak badan yang optimal. Gerakan
olahraga senam dengan kombinasi aerobik untuk pembakaran lemak dan pembentukan
otot merupakan salah satu usaha penurunan berat badan secara sehat, alamiah, murah, dan
terjangkau masyarakat luas.
Ketidakaktifan fisik berhubungan erat dengan kegemukan pertama-tama ditemukan
oleh Morrsi & Raffle (1954). Mereka meneliti indeks massa tubuh sopir dan kondektur bus,
disertai hasil risiko penyakit jantung koroner (PJK) kondektur 30,0% di bawah sopir bus. PJK
muncul lebih awal pada sopir dan tingkat mortalitasnya 2 kali lebih tinggi, termasuk
serangan jantung. Selain faktor stress menyopir, berat badan berlebih pada sopir. Studi
Morris & Raffle menitikberatkan peran pentingnya aktivitas fisik. Sejak itu level aktifitas fisik
dan bidang human energetic sebagai cabang antropologi dan biologi manusia banyak
dipelajari.
Simpanan lemak tubuh bawah kulit berhubungan erat dengan keseimbangan energi
(intake energy dan aktivitas fisik) Bila dalam sehari orang berolahraga sedang (30 menit)
maka sekitar energi 250 Kalori per hari maka untuk 7 hari = 1.750/minggu digolongkan
aktivitas sedang. Risiko mortalitas makin tinggi pada orang yang kurang aktif, ketika jumlah
energi dibakar dengan aktivitas fisik melalui olahraga kurang dari 1.000 – 2.500 per minggu,
rasio 1; aktivitas fisik sedang rasio 0,71; aktivitas fisik tinggi rasio 0,54. Lebih jelas
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
225