Page 25 - BUKU DASAR-DASAR PENGAMANAN HUTAN_Neat
P. 25
12 Sudirman Sultan
1) Sosial ekonomi, yaitu rendahnya penghasilan masyarakat.
2) Terbatasnya lapangan pekerjaan, sehingga sulit untuk
mendapatkan pekerjaan pokok dan penghasilan tambahan.
3) Kebutuhan masyarakat akan hasil hutan, yakni
ketidakmampuan membeli produk di pasaran, sehingga hasil
hutan dijadikan bahan konsumsi. Hal ini mendorong terjadinya
pencurian.
4) Penadah
Adanya penadah yang bersedia menampung hasil curian
dan penghasilan yang cukup menggiurkan darinya membuat
pencurian di hutan di wilayah Indonesia semakin meningkat.
5) Petugas
Petugas bidang kehutanan masih lemah jika dilihat dari segi
mental, sosial ekonomi, peralatan (sarana), dan tenaga.
Upaya pencegahan pencurian hasil hutan di Indonesia, antara lain:
• menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk yang
bertempat tinggal di daerah sekitar hutan;
• menyediakan hasil hutan yang dibutuhkan masyarakat dengan
harga pantas;
• menyediakan pos-pos penjagaan, alat-alat, dan tenaga yang
cukup;
• menciptakan proses peradilan yang cepat dengan sanksi
hukuman yang setimpal;
• usaha-usaha khusus lain yang disesuaikan dengan latar
belakang pencurian.
b. Perladangan Berpindah
Perladangan berpindah merupakan suatu sistem pertanian
tradisional yang telah lama dipraktekkan di daerah tropis. Lahan
dipersiapkan dengan cara tebas tebang dan bakar, untuk kemudian
ditanam dengan tanaman pertanian. Setelah dua atau tiga tahun
digarap, ketika tingkat kesuburan dari lahan sudah mulai menurun,
lahan ditinggalkan. Penggarap lahan akan beralih ke tempat lain.
Mereka akan kembali dan menggarap tempat itu dalam jangka
waktu yang lama, serta diperkirakan kesuburan tanah telah pulih.
Sebab-sebab terjadinya perladangan berpindah, antara lain:
1) Faktor Ekonomi
- keterbatasan dana atau modal yang tersedia
- keterbatasan sarana dan prasarana produksi
- kebutuhan pangan yang makin mendesak dan terus meningkat