Page 217 - ETPEM2016
P. 217
manusia yang tidak cerdas akan memilih jalan yang keliru sehingga
akhirnya ia rugi selama-lamanya.
Dalam rangka menempuh jalan yang benar, manusia
menggunakan potensi jiwanya. Dengan pikirannya manusia
menghasilkan etika nalar murni (filsafat moral) dan atau dengan
keyakinan agamanya menghasilkan etika religi (etika dari agama).
Bagi orang yang beragama, etika dari sumber agamanya digunakan
sebagai rujukan berperilaku etis menurut keyakinannya. Bagi orang
yang tidak beragama tetapi memiliki kesamaan prinsip dalam
mencari kebahagiaannya dengan orang yang beragama, cenderung
menggunakan jalan yang benar menurut etika nalar murni.
Dengan etika dalam artinya sebagai pegangan praktis,
seseorang dituntun untuk berperilaku baik secara moral sehingga
mampu menjaga martabat dan kehormatan dirinya dan orang lain
sebagai manusia. Berdasarkan sifat bawaannya (fitrah), manusia
manapun tidak akan senang apabila diperlakukan buruk oleh orang
lain seperti dicemoohkan, dihina, atau diambil haknya. Ia akan
senang apabila diperlakukan baik oleh orang lain seperti dihormati,
disayangi, atau diberi sesuatu yang disukainya. Karena itu, salah
satu prinsip etika adalah berbuat baik dan jangan berbuat buruk
kepada sesama manusia.
Kedua, manfaat bagi pengembangan karier. Pada umumnya,
para pegawai berharap agar kariernya berkembang, karena dengan
cara itu banyak hal positif yang dapat diperolehnya. Dari
pengalaman praktik dan hasil observasi diketahui bahwa pegawai
yang kariernya bagus ternyata bukan pegawai yang cerdas dan
201