Page 218 - ETPEM2016
P. 218
terampil saja, melainkan juga karena memiliki kompetensi etik yang
memadai. Sekalipun cerdas dan berketerampilan tinggi dalam
pekerjaan pokoknya, tetapi apabila ahlaknya buruk (gampang
marah, suka mengambil hak orang lain, arogan, kurang
tanggungjawab, tidak setia, malas), para pimpinan secara umum
biasanya tidak menyukainya. Dalam mempromosikan jabatan
misalnya, mereka akan lebih suka memilih bawahan yang berahlak
baik (setia, rajin, sopan, setia, jujur, dan bertanggungjawab)
walaupun tingkat kecerdasan dan keterampilannya mungkin sedikit
lebih rendah.
Ketiga, manfaat bagi kesehatan diri. Pengetahuan etik yang
memadai dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan mental
dan jasmaninya. Karunia Tuhan akan dapat banyak dinikmati oleh
orang yang sehat. Semakin tinggi tingkat kesehatannya, semakin
banyak karunia Tuhan yang dapat dinikmatinya. Semakin rendah
tingkat kesehatannya, semakin sedikit karunia Tuhan yang dapat
dinikmatinya. Manusia yang sehat mentalnya dapat merasakan
kenikmatan batiniah seperti merasa cukup atas hasil usahanya
dalam mencari nafkah walaupun mungkin nominalnya kecil, mau
membagi kesenangannya kepada orang lain, dan turut bahagia atas
kebahagiaan yang diperoleh orang lain. Hidupnya selalu merasa
cukup, senang, tenteram, dan nyaman, sehingga dirinya selalu
bersyukur. Kebahagiaan yang ingin dicapainya adalah kebahagian
hakiki, bukan kebahagiaan semu yang hanya akan diperoleh
sejenak dan kemudian setelah itu menyesal. Ia cenderung untuk
tidak berbuat jahat kepada orang lain. Di manapun ia berada selalu
202