Page 57 - ETPEM2016
P. 57
metafisika, sehingga memunculkan prinsip-prinsip moral yang
dapat dijadikan tuntunan untuk keperluan praktis tentang
bagaimana manusia seharusnya berperilaku dalam mencapai
tujuan akhir hidupnya. Pertanyaan mendasarnya antara lain
tentang apa yang dimaksud dengan baik-buruk perbuatan manusia
dan mengapa manusia harus berbuat baik dan tidak boleh berbuat
buruk.
Etika yang dibangun melalui filsafat telah menelorkan banyak
teori atau faham etika, antara lain hedonisme, utilitarianisme,
stoisisme, dan evolusionisme. Hedonisme dengan tokohnya
Aristippus (murid Socrates) dan Epicurus, memandang suatu
perbuatan baik jika menimbulkan kesenangan dan kenikmatan.
Utilitarianisme dengan tokohnya Jeremy Bentham dan John Stuart
Mill, memandang suatu perbuatan baik jika berguna atau
bermanfaat bagi kesejahteraan bersama dan menguntungkan bagi
dirinya sendiri. Stoisisme dengan tokohnya Anthithenes (murid
Socrates), Baruch Spinoza, dan Imanuel Kant, memandang suatu
perbuatan baik jika mengandung kebajikan dan buruk jika
mengandung kejahatan. Evolusionisme dengan tokohnya Herbert
Spencer dan Thomas Mill Green, memandang suatu perbuatan baik
jika terus berproses lebih maju dan berkembang terlepas dari
tujuannya yang jelas atau tidak jelas.
Teori-teori etika dalam perkembangannya telah diperkaya
oleh hasil studi dari ilmu-ilmu lainnya seperti antropologi, sosiologi,
hukum, dan teologi. Terutama pengetahuan teologik telah sangat
kuat dalam memperkaya etika, sehingga oleh orang yang memiliki
pegangan religi, etika diyakini bukan hanya sekedar hasil olahpikir
manusia saja, tetapi juga pedoman yang diciptakan dan diberikan
41