Page 58 - ETPEM2016
P. 58

Tuhan kepada manusia agar manusia memiliki kebahagiaan hakiki

               dan langgeng. Dengan demikian, etika bukan hanya produk filsafat
               (nalar murni manusia) saja tetapi juga produk keyakinan teologik
               (produk Tuhan atau kadang-kadang disebut etika wahyu).
                     Dalam  kaitan  dengan  ini,  Imanuel  Kant  (1724-1804  M)
               berpendapat  bahwa  etika  bukanlah  urusan  nalar  murni,  tetapi
               nalar praktis. Apabila manusia menggunakan nalar murninya dalam
               merumuskan etika, dengan sendirinya tak akan sampai pada etika
               yang  sesungguhnya.  Selain  terjadi  perselisihan  tentang  mana
               perbuatan  yang  baik  dan  yang  buruk,  etika  rasional  sebenarnya
               bukan lagi etika, melainkan perhitungan untung-rugi. Etika adalah

               sesuatu  yang telah  menjadi  fitrah  manusia.  Pada  dasarnya  nilai-
               nilai  moral  itu  telah  tertanam  dalam  diri  manusia  sebagai  nilai
               imperatif  kategoris  (perintah  tanpa  syarat  apapun).  Karena  itu
               menurut  Amin  Abdullah  (2002:17),  perbuatan  etis  bersifat
               deontologis (kewajiban) dan berada di balik nalar.
                     Burhanuddin  Salam  (1997:8)  mengemukakan  bahwa  etika
               dibagi ke dalam dua bagian, yaitu etika umum dan etika khusus.
               Etika  umum  adalah  etika  yang  membicarakan  mengenai  kondisi

               dasar  bagaimana  manusia  bertindak  atau  mengambil  keputusan
               etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar. Etika umum
               ini dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan (membahas teori-
               teori  etika).  Sedangkan  etika  khusus  adalah  penerapan  prinsip-
               prinsip  moral  dasar  dalam  bidang  kehidupan  yang  khusus.
               Selanjutnya, etika khusus dibagi dua bagian, yaitu:
                 1)  etika individual, dan
                 2)  etika sosial.



                                                                              42
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63