Page 63 - ETPEM2016
P. 63
Menurut prosesnya, nilai berasal dari Tuhan karena
keimanannya (religi), atau dari diri manusia sendiri karena pikiran,
perasaan dan kemauannya (filsafat, budaya). Nilai-nilai tersebut
tertanam sejak dini, terus tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan seseorang, sehingga berpengaruh terhadap sikap dan
perilakunya sehari-hari. Nilai berperan sebagai pendorong dan
pengarah intrinsik yang memiliki fungsi preventif, yakni mencegah
terjadinya perilaku negatif di kemudian hari agar dirinya tidak
dinilai buruk/salah/jelek oleh lingkungannya bahkan oleh dirinya.
Contoh, seseorang yang selalu memegang nilai kejujuran, dalam
aktivitas apapun selalu berupaya untuk bersikap jujur walaupun
terkadang menerima akibat yang pahit. Ia ikhlas menjalaninya
karena berkeyakinan dan berharap agar di kemudian hari dirinya
tidak merugi di hadapan manusia terlebih-lebih di hadapan
Tuhannya.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Beni Ahmad Saebani (2009,
191) berpendapat bahwa secara aksiologis (fungsi, tujuan), nilai
memiliki beberapa makna, yaitu:
1) nilai sebagai panduan hidup manusia;
2) nilai sebagai tujuan hidup manusia;
3) nilai sebagai pilihan normatif tindakan manusia;
4) nilai sebagai hakikat semua pengetahuan; dan
5) nilai sebagai kesadaran tertinggi dari seluruh kesadaran
manusia tentang motif-motif dan bentuk sebuah tindakan
yang berakar pada nalar dan tolok ukur yang menjadi jaminan
tercapainya tujuan perilaku.
Secara terminologis (peristilahan), terdapat beberapa arti
nilai sebagai berikut:
47