Page 53 - ETPEM2016
P. 53
Poespoprodjo (1999:32) menyebut etika sebagai ilmu filsafat
praktis normatif tentang kebenaran dan kesalahan perbuatan
manusiawi sebagaimana diketahui oleh akal budi. Dikatakan ilmu
filsafat praktis, karena etika mengandung hasil pemikiran yang
kritis, mengakar, mendalam, menyeluruh dan sistematis yang
berhubungan langsung dengan moralitas (segi moral) perbuatan
manusia. Dikatakan normatif, karena etika menunjukkan ukuran
baik-buruk perbuatan manusia dan mengandung tuntunan yang
mengharuskan manusia untuk berbuat baik dikaitkan dengan
hakikat keberadaan manusia itu sendiri, tanpa memandang status
dan perannya dalam pergaulan bermasyarakat.
Sejak awal kelahirannya, pemikiran etika dikaitkan dengan
upaya manusia untuk memperoleh kebahagiaan hidup yang hakiki,
suatu kebahagiaan yang sesungguhnya dan bersifat langgeng
berdasarkan akal sehat dan atau keyakinan religius. Kebahagiaan
hidup memang dapat dicari pula dengan cara-cara yang tidak etis
seperti yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang gelap
pikirannya dan buta hatinya, misalnya menipu, membunuh,
merampok, dan memperkosa. Tetapi kebahagiaan yang demikian
adalah kebahagiaan yang semu dan keliru, sebab selain tidak sesuai
dengan kodrat, harkat dan martabat manusia, juga hanya dinikmati
sejenak, dan setelah itu akan disusul dengan penyesalan dan
bahkan malapetaka (diazab Tuhan). Pemikiran etika tidak
diarahkan pada pencarian kebahagiaan yang seperti itu.
Prinsip dasar etika adalah beneficience, yakni berbuatlah baik
terhadap sesama manusia, dan prinsip non-maleficience, yakni
janganlah berbuat jahat terhadap sesama manusia (Sugiharto &
Rachmat, 2000:35). Prinsip dasar tersebut merupakan turunan the
37