Page 73 - ETPEM2016
P. 73
2.4.2 Norma Etik
Jika Jenny Teichman (1998:11) berpendapat bahwa hidup kita
berada dalam dunia nilai, maka penulispun ingin menambahkan
bahwa ‘hidup kita berada dalam dunia norma,’ karena nilai dan
norma merupakan pasangan yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.
Manusia tidak akan lepas nari norma di manapun ia berada.
Contoh, manusia berada di bumi tak akan terlepas dari norma alam
(hukum alam), berada di rumah tak akan terlepas dari norma
bangunan rumah, berada di lingkungan keluarga tak akan terlepas
dari norma rumahtangga, berada di perkampungan tak akan
terlepas dari norma ketetanggaan, berada di perjalanan tak akan
terlepas dari norma perlalulintasan, berada di tempat kerja tak
akan terlepas dari norma organisasi tempat kerja, dan sebagainya.
Istilah “norma” dalam bahasa Indonesia (Inggris: norm)
berasal dari kata yang sama dalam bahasa Latin norma (Bertens,
2007:147). Dalam bahasa Latin, kata norma mempunyai dua arti,
yaitu 1) siku-siku, dan 2) pedoman, ukuran, aturan, kaidah (Prent
dkk, 1969:570).
Dalam arti yang pertama, kata norma (siku-siku) dipakai oleh
tukang kayu/bangunan untuk memastikan sudut 90° atas
benda/bangunan yang dikerjakannya. Jika bangunan yang didirikan
diukur dan sesuai dengan siku-siku (norma), maka
benda/bangunan itu dinilai telah tepat bersudut 90°.
Dalam arti yang kedua, kata norma dipakai pada keperluan
yang lebih luas, yakni sebagai alat yang dijadikan pedoman, ukuran,
aturan, kaidah, rujukan, atau acuan atas sesuatu yang dikerjakan,
dihasilkan, atau dilakukan manusia dalam berbagai segi kehidupan.
57