Page 95 - ETPEM2016
P. 95
6) Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya, sepanjang
mengenai kode etik dan sumpah pegawai/sumpah jabatan.
7) Peraturan-peraturan lain (kementerian, daerah, unit kerja,
dan kode etik profesi);
8) Perintah/petunjuk atasan.
3.2.1 Agama
Pada awalnya diketahui bahwa etika hadir sebagai hasil
pemikiran filosofis (hasil nalar murni dan nalar praktis). Namun
dalam perkembangannya kemudian diketahui bahwa etika hadir
pula dari keyakinan agama (keyakinan teologik). Karel Sosipater
(2009:2) mengemukakan bahwa pada umumnya etika teologis di
dunia Barat usianya lebih muda dari etika filosofis, sedangkan etika
teologis di dunia Timur usianya lebih tua dari etika filosofis. Kedua
etika ini ada yang searah jalannya, tapi juga ada yang tidak searah,
bahkan ada pula yang berbenturan keras pada aliran tertentu.
Sangat disadari bahwa pengetahuan manusia tentang
kebenaran yang dicari dengan menggunakan nalarnya sangat
terbatas, sehingga kebenaran yang ditemukan bersifat relatif.
Karena itu bagi penganut agama, nilai dan norma etik dari agama
diyakini mengandung kebenaran absolut (mutlak) atau tidak
diragukan lagi kebenarannya, sehingga apabila diaplikasikan maka
diyakini akan memperoleh nilai positif di hadapan Tuhan YME.
Dalam kaitannya dengan hal ini, Kumorotomo (2007:43)
mengemukakan bahwa akal manusia memiliki keterbatasan dalam
menilai kebenaran dan kebaikan. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan,
manusia tak akan mampu meneliti setiap aspek yang ada di
belakang suatu masalah, termasuk masalah-masalah yang
79