Page 103 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 103
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI) dan berubah
lagi menjadi Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII) (Ohorella,
dkk., 1992:13).
Antara Kongres Perempuan Indonesia I tahun 1928 dan Kongres
Perempuan Indonesia II tahun 1935, diadakan 4 kali Kongres PPI/
PPII. Hal yang selalu mendapat perhatian pada setiap Kongres, ialah:
1. Kedudukan perempuan dalam hukum perkawinan (Islam).
2. Perlindungan perempuan dan anak-anak dalam perkawinan.
3. Mencegah perkawinan anak-anak.
4. Pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Khususnya bagi anak-
anak gadis didirikan Yayasan “Seri Derma” untuk membantu anak-
anak gadis yang tidak mampu membayar biaya sekolahnya.
Hal yang terpenting dalam perkembangan PPI/PPII ialah
keputusan bahwa kesatuan pergerakan perempuan Indonesia
berasaskan kebangsaan dan menyatakan diri sebagai bagian dari
pergerakan kebangsaan Indonesia.
Kemudian ternyata ada organisasi-organisasi perempuan baru
yang belum menggabungkan diri dalam PPII. Oleh karena itu
timbullah inisiatif untuk kembali mengadakan Kongres Perempuan
Indonesia seperti Kongres tahun 1928, untuk menampung dan
menyatukan tenaga dan kiran kaum perempuan Indonesia.
Kongres Perempuan Indonesia II yang diadakan di Jakarta bulan
Juli tahun 1935 lebih menekankan pada persatuan dan kesatuan
pergerakan perempuan Indonesia. Pada Kongres ini dibentuk badan
“Kongres Perempuan Indonesia” (KPI). Karena sudah terbentuk
badan tersebut, PII kemudian dibubarkan pada bulan September
1935. Dalam Kongres Perempuan Indonesia ke II soal buruh
perempuan mendapat perhatian dari Kongres tersebut, antara lain
karena kejadian di perusahaan batik di Lasem di mana buruh
perempuan diperlakukan tidak wajar.
71 71