Page 100 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 100

Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
                                       Perempuan  dalam  Gerakan Kebangsaan
                   Kongres Perempuan Indonesia tidak menjalankan politik aktif
               sebagai suatu partai, namun setiap kegiatan senantiasa sejalan dengan
               pergerakan kebangsaan Indonesia. Hal ini nampak antara lain ketika
               Kongres Perempuan Indonesia mendukung aksi GAPI (Gabungan
               Politik Indonesia) menuntut “Indonesia Berparlemen” dan penolakan
               GAPI terhadap “Ordonansi wajib militer terbatas” (militie plicht
               terbatas) (Ohorella, dkk., 1992:29).

                   Pasca berlangsungnya Kongres Perempuan I, organisasi-
               organisasi perempuan di Indonesia semakin bermunculan, baik
               organisasi baru maupun organisasi cabang dari suatu organisasi yang
               sudah ada sebelumnya. Namun demikian, tidak sedikit pula
               organisasi-organisasi yang telah ada sebelum dan sesudah adanya
               kongres itu menghilang dari peredaran kabar. Sekitar tahun 1939
               terdapat ratusan organisasi kecil (hundreds of small organisastions)
               di berbagai kawasan Indonesia yang rata-rata memiliki sekitar 500
               anggota (Blackburn, 2004:20).

                   Pasang-surut kemunculan dan kegiatan organisasi-organisasi
               itu mengalami dinamikanya sendiri hingga datang masa penjajahan
               Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Jepang ini organisasi-
               organisasi perempuan yang terbentuk pada masa pemerintahan
               kolonial Hindia-Belanda itu benar-benar surut hingga menghilang.
               Adapun gantinya, muncullah organisasi-organisasi baru yang direstui
               sekaligus diintai terus-menerus oleh penjajah Jepang yang mengaku-
               ngaku sebagai Saudara Tua-nya bangsa Indonesia.

                   Kesatuan pergerakan perempuan dalam masa penjajahan
               memang banyak mengalami rintangan karena berada dalam situasi
               masyarakat yang dualistik. Di satu pihak penjajah berusaha menekan
               rasa kebangsaan dan di lain pihak pergerakan Indonesia membangkitkan
               dan memupuk rasa kebangsaan. Dengan demikian perjuangan
               pergerakan perempuan Indonesia pada masa itu meliputi 2 (dua) hal:




                                             68
                                             68
   95   96   97   98   99   100   101   102   103   104   105