Page 95 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 95
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
Sekolah Kartini muncul lagi pada tahun 1918 di tiga kawasan:
Indramayu, Surabaya, dan Rembang. Adapun Cicurug, Kuningan,
dan Sukabumi memunculkan sekolah Kautamaan Istri. Keenam
kawasan itulah yang memunculkan kabar berdirinya sekolah baru,
sementara kawasan Pemalang memunculkan sebuah organisasi baru.
Wanito Susilo, namanya.
Nama Sarikat Siti Fatimah muncul di Garut pada tahun 1920
dengan basis keanggotaan perempuan bergama Islam. Basis syariat
Islam juga digunakan oleh Wanodyo Utomo di Yogya dan De
Gorontalosche Mohammedansche Vrauwen Vereniging di Gorontalo,
Sulawesi Utara.
Tahun 1921, organisasi perempuan muncul lagi di Yogyakarta.
Organisasi yang disebut Wanito Utomo ini mayoritas beranggotakan
istri-istri dari anggota dan pengurus organisasi Budi Utomo. Adapun
program yang menjadi titik tekan pencapaian adalah seputar
perbaikan kedudukan atau status perempuan pada masa itu.
Rahman El Yunusiah yang juga menaruh perhatian pada putri-
putri Sumatera Barat itupun tertarik untuk mendirikan sekolah
Dinnyah Putri School pada tahun 1922. Bersama Amai Setia yang
dipimpin Rohana Kudus, sekolah ini berhasil menginspirasi
kemunculan organisasi perempuan Vrowenbon di Payakumbuh dan
kelompok gadis Meisyeskring di Padang. Adapun kabar kemunculan
Sarikat Kaum Ibu Sumatera (SKIS) berasal dari Bukittinggi.
Organisasi Wanita Katholik baru muncul di Yogyakarta pada
tanggal 26-6-1924. Organisasi yang dipimpin RA. Sujadi
Darmosaputro Sosroningrat (saudarinya Nyi Hadjar Dewantara)
mengarahkan anggotanya pada tujuan: mempertinggi martabat
perempuan Katholik berdasarkan agama, sehingga menjadi anggota
gereja dan warga negara yang wajar.
63 63