Page 92 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 92
Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
Dalam jangka setahun setelah diresmikan saja, organisasi yang
belum mengenal internet dan social media ini sudah berhasil
mendapatkan lebih dari 10.000 anggota (Vlekke, 2008:391). Hal ini
merupakan suatu pencapaian yang luar biasa sekaligus menjanjikan
adanya dukungan massa.
Banyaknya dukungan massa yang mengarah pada BU ini tidak
mengurangi laju pertumbuhan dukungan yang mengarah pada
gerakan-gerakan perempuan. Hingga pada tahun 1912, organisasi
Putri Mardikha berhasil berdiri di Jakarta bersama berbagai
dukungannya, yang di antaranya berasal dari bantuan BU.
Organisasi kaum putri ini bergerak dengan cara memberikan
bantuan, bimbingan, dan penerangan kepada gadis-gadis pribumi
dalam menuntut pelajaran serta menyatakan pendapat di muka
umum, dan lain-lain hal yang belum diketahuinya. Kelak, kaum putri
dalam organisasi ini juga melakukan gerakan berbasis informasi dan
komunikasi yang dimediasi mereka melalui penerbitan surat kabar
atau tabloid bulanan Putri Mardikha dan Penoentoen Istri (G.A.
Ohorella, dkk., 1992:14).
Pada tahun 1912 ini juga tercatat adanya gerakan perempuan
secara terorganisir yang menindak-lanjuti gerakan RA. Kartini di
Jepara. Gerakan yang dilakukan oeh sekelompok perempuan dari
golongan atas ini mendirikan semacam lembaga atau yayasan
penggalang dan penyandang dana yang diberi aran Kartini Fonds.
Pendirian lembaga yang diprakarsai oleh Tuan dan Nyonya C. Th.
Van Deventer ini dimaksudkan untuk membantu pengadaan atau
pendirian sekolah-sekolah bagi kaum pribumi sebagaimana yang
rindukan Kartini.
Sejak didirikan di Semarang kemudian Jakarta, lembaga ini
berhasil mengais dukungan dari berbagai pihak. Hingga pada 1913,
lembaga ini berusaha membuktikan keberadaannya untuk yang
pertama kalinya dengan mendirikan Sekolah Kartini di Semarang.
60
60