Page 90 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 90

Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
                                       Perempuan  dalam  Gerakan Kebangsaan

                   Diambilnya bidang kerumah-tanggaan dan pendidikan oleh RA.
               Kartini dan RD. Sartika itu bukanlah suatu “kepicikan pandang”
               dalam menggerakkan bidak-bidak strategi perjuangan yang
               terorganisir dan berjejaring. Rumusan masalah yang dijawab
               keduanya pun berasal dari kedalaman bawah sadar suatu realitas
               awal permasalahan hingga puncak julang-julang permasalahan yang
               bertengger di aras keilmuwan.

                   Maka bukan suatu kebetulan jika keduanya mengambil gerak-
               langkah yang tidak berkutat pada ledakan-ledakan konfrontasi
               terhadap kolonial Belanda. Melainkan gerakan-gerakan cerdas yang
               berkilauan dari titik kisar rumusan permasalahan; mulai dari
               komunitas kekerabatan terkecil suatu masyarakat berupa keluarga
               hingga komunitas kekerabatan global dan imajiner bertaut
               pendidikan juga keyakinan.

                   Bentang lingkup kekerabatan yang menjadi laga perjuangan RA.
               Kartini dan RD. Sartika itu memang tampak sebagai medan gerak
               yang berkiprah sempit dan sektoral. Namun jika dipandang dari sisi
               dasar-dasar eksistensi dan pertahanan diri, sektor rumah-tangga,
               pendidikan, dan keyakinan itu merupakan gerbang ekspres menuju
               komunitas kekerabatan dalam bentuk yang lain. Yaitu, suatu
               komunitas kekerabatan yang membentang dari ranah keturunan,
               teritorial, hingga sudut pandang kebersamaan yang menjanjikan
               munculnya kebangsaan dan nasionalitas baru (Steven Grosby,
               2011:19-24).

                   Kebangsaan dan nasionalisme yang baru, lebih luas, dan global
               ini tidak terbatas pada sempitnya egoisitas diri, keturunan, dan
               kelompok atau perkumpulan. Sebab “batas-batas” dalam hal ini akan
               selalu dinamis, bertumbuh, dan berkembang seiring kemajuan dan
               perkembangan dalam memahami sekaligus menyikapi kesetaraan
               manusia dan perbedaan fungsionalitasnya. Tahap-tahap batasannya
               pun tidak akan dipandang sebagai suatu kemampuan. Melainkan


                                             58
                                             58
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95