Page 93 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 93

Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)


                Pada tahun yang sama, kesungguhan gerakan perempuan yang
                diorganisir Kartini Fonds ini berhasil mendirikan Sekolah Kartini
                lagi yang berada di atas tanah Batavia (Jakarta).

                     Gerakan perempuan yang berasosiasi dengan gerakan RA.
                Kartini ini pun semakin meluas dan berlanjut hingga tahapan-tahapan
                berikutnya. Begitu pula dengan gerakan perempuan yang berkaitan
                dengan RD. Sartika melalui sekolah Kautamaan Istri. Pada tahun
                1913 ini pula, tercatat adanya sekolah Kautamaan Istri di Tasikmalaya
                yang didirikan oleh seorang lulusan sekolah Kautamaan Istri. Walau
                peminatnya belum sebanyak sekolah Kautamaan Istri di Bandung,
                namun sekolah ini telah berhasil memperluas gerakan positif kaum
                perempuan.
                     Bersambung pada gerakan Kartini Fonds,  Sekolah Kartini
                berhasil didirikan lagi untuk yang ketiga kalinya. Kali ini Sekolah
                Kartini didirikan pada tahun 1914 di Madiun. Menyusul adanya
                gerakan-gerakan perempuan ini, sebuah organisasi perempuan juga
                muncul pada tahun ini dengan nama Sopo Tresno di Yogyakarta.
                Walau organisasi ini menitik-tekankan gerakannya di seputaran
                perempuan-perempuan beragama Islam, namun kemunculannya
                membuka gerbang gerakan perempuan di ranah yang berbeda dari
                sebelumnya.

                     Perbedaan lingkup gerakan juga muncul di Sumatera. Sebuah
                organisasi perempuan berdiri di Kota Gedang, Sumatera Barat,
                dengan nama Kerajinan Amai Setia (KAS). Organisasi yang terbentuk
                pada tanggal 11 Februari 1914 ini dipimpin oleh seorang perempuan
                yang bernama Rohana Kudus. Bersama anggotanya, Rohana Kudus
                menjadikan KAS sebagai media penyaluran tujuan untuk
                meningkatkan derajat kaum perempuan dengan mengajarkan baca-
                tulis huruf Arab dan Latin, mengatur rumah tangga, membuat
                kerajinan tangan, bahkan mengatur pemasarannya (Ohorella, dkk.,
                1992:7).



                                             61 61
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98