Page 102 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 102
Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
Perempuan dalam Gerakan Kebangsaan
Menyadari kelicikan pemerintah Jepang pada masa itupun para
pemimpin pergerakan perempuan mengorganisir gerakannya secara
berbeda jika dibandingkan pada masa Hindia-Belanda. Mereka lebih
banyak mengorganisir gerakan-gerakannya dengan cara menjalin
koordinasi dengan gerakan-gerakan para lelaki. Sehingga gerakan
kaum lelaki dan perempuan pada masa itu menciptakan gerakan
nasional yang tampak berbeda dari gerakan nasional sebelumnya.
Satu sisi Pergerakan Nasional menjaga dan mengarahkan
gerakan yang terjadi di tengah perkumpulan kaum lelaki dan
perempuan. Pada sisi lain Pergerakan Nasional bekerja sama dengan
tentara pendudukan Jepang bermaksud mempergunakan kesempatan
itu untuk mempercepat persiapan kemerdekaan. Hal ini didasarkan
atas semboyan Jepang “Asia untuk bangsa Asia, Burma untuk bangsa
Burma, dan Indonesia untuk bangsa Indonesia”.
Dengan demikian pergerakan perempuan Indonesia selalu bahu-
membahu dengan kaum pria, sambil memanfaatkan semua sarana-
sarana dan kesempatan yang ada untuk meningkatkan kecakapan
dan ketrampilan dalam bidang kemiliteran dan kemasyarakatan.
Dari realitas pasang-surut pergerakan perempuan dalam masa
penjajahan, gerakan perempuan dapat dibagi dalam 2 periode yaitu,
masa pemerintahan Hindia Belanda dan masa pendudukan Tentara
Jepang.
Dalam masa pemerintahan Hindia Belanda, kaum perempuan
Indonesia mengusahakan persatuan dan kerja sama antara
organisasi-organisasi perempuan untuk mencapai cita-citanya.
Dijiwai oleh Sumpah Pemuda tahun 1928 dan atas inisiatif tujuh
organisasi perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928,
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I di Yogyakarta,
Salah satu keputusannya ialah mendirikan badan permufakatan
dengan nama Perikatan Perempoean Indonesia (PPI) (Blackburn,
2007: 22-31). Nama perikatan ini kemudian berubah menjadi
70
70