Page 149 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 149
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
Tiga gerakan ini kemudian terjebak dalam situasi keharusan
untuk memberikan dukungan berlebih hingga melampaui batas-batas
yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Sebab gerakan
ketiganya yang bersamaan dengan adanya kampanye propaganda
seputar pro-Jepang dan anti-Barat itu lama-lama menjadi gerakan
yang mirip dengan tindakan men-Jepang-kan segala sesuatu yang
ada di Indonesia.
Walau ketiga organisasi ini menyumbangkan gerakan positif
bagi awal pemerintahan Jepang, namun peranan ketiganya dianggap
kurang memuaskan. Satu di antara penyebab itu akibat tidak adanya
dukungan secara besar-besaran oleh kaum cerdik-pandai di Indone-
sia. Akibat inilah yang kemudian mengendorkan semangat
pemerintah Jepang untuk melanjutkan peranan organisasi Gerakan
Tiga A sekaligus Gerakan Istri Tiga A dan Barisan Puteri Asia Raya
yang ada di dalamnya.
Memasuki bulan November 1943, Gerakan Tiga A akhirnya
benar-benar dibekukan oleh pemerintah Jepang (Hendri F. Isnaeni,
2008:43). Dampak dari pembekuan itupun mengakibatkan Gerakan
Istri Tiga A dan Barisan Puteri Asia Raya turut membeku. Sehingga
konsentrasi gerakan perempuan pada masa itu langsung tertuju pada
gerakan Barisan Pekerjaan Perempuan PUTERA.
C C arisan Pekerjaan Pekerjaan Pererempuan PUTERAempuan PUTERA
arisan P
arisan Pekerjaan Perempuan PUTERA
C.. C.. C.BB BB Barisan Parisan Pekerjaan Pekerjaan Pererempuan PUTERAempuan PUTERA
Pada hari Minggu, 1 Maret 1943, sebuah organisasi baru telah
dibentuk dengan nama Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA). Organisasi
ini baru diresmikan atas persetujuan pemerintah Jepang pada hari
Senin, 9 Maret 1943. Organisasi yang berpusat di Jakarta ini diketuai
oleh Sukarno. Sedangkan Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas
Mansur serta sejumlah orang Jepang menjadi anggota dari Dewan
Pertimbangannya (Hendri F. Isnaeni, 2008:47).
117
117

