Page 195 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 195

Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)

                menghendaki dan menyetujui adanya konversi. Bagi yang tidak minat
                untuk menjadi anggota PERWANI, mereka memilih dan merelakan
                diri untuk turut berjuang melalui lain organisasi.

                     Walau sebagian besar anggota PERWANI berasal dari bekas
                anggota Fujinkai, namun tujuan PERWANI tidak sama dengan
                Fujinkai. Jika Fujinkai diperuntukkan sebagai strategi untuk
                menggalang kekuataan dalam rangka memenangkan perang fasifik
                di pihak Jepang, tidak demikian lagi dengan PERWANI. Sebab tujuan
                uatama PERWANI pada masa itu adalah mengerahkan tenaga
                perempuan untuk membantu memerlihara dan mempertahankan
                kemerdekaan Indonesia. Adapun upaya-upaya awal yang dapat
                dilakukan angotanya meliputi: mengucapkan salam dan pekik
                merdeka, mengibarkan bendera merah-putih, memakai lencana
                merah-putih, dan membantu komite nasional Indonesia (badan
                perwakilan rakyat) di daerah-daerah (Suryochondro, 1984:114-115).
                     Berbeda dengan PERWANI, organisasi WANI lebih
                terkonsentarasi di kawasan pusat pemerintahan dan sekitarnya.
                Organisasi yang dibentuk pada bulan Oktober 1945 ini mengarahkan
                perjuangannya pada pertolongan kepada mereka yang berjuang di
                front sekitar Jakarta, dengan cara memberi makanan dan pakaian
                serta lain-lain keperluan. Selain membantu para pejuang, organisasi
                ini juga memberi bantuan kepada penduduk Jakarta, khususnya para
                pegawai  “Kiblik” (Republik),  dengan bahan-bahan hidup  yang
                esensial. Pemberian rupa-rupa bantuan itu diharapkan agar penduduk
                Jakarta dapat lebih menguatkan kekuatan dan pertahanan mereka.
                Hal  ini  mengingat  pada masa  itu  masih  banyak  terjadinya
                pertempuran dan kebakaran akibat situasi dan kondisi perjuangan
                yang berlangsung di kota tersebut (Suryochondro, 1984: 15).

                     Gerakan organisasi WANI ini dipimpin oleh tokoh-tokoh
                pergerakan perempuan pada masa itu. Di antaranya: Nyonya Suwarni
                Pringgodigdo (Isteri Sedar), Nyonya Sri Mangunsarkoro, Nyonya



                                             163
                                             163
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200