Page 199 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 199
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
Pergerakan kaum perempuan secara perorangan memang tidak
sedikit jumlahnya. Di antara mereka ada yang bergerak sendiri-
sendiri dengan cara membantu perjuangan suami, menyambung
komunikasi antar organisasi atau perkumpulan, menjadi kurir surat
ataupun barang, membocorkan informasi keberadaan musuh, dan
lain-lain. Mereka bergerak dinamis, lintas perkumpulan, gender,
agama, hingga kelas sosial. Status gerakannya pun tampak ganda.
Mulai menjadi anggota perkumpulan lebih dari satu hingga seolah-
olah menjadi ibu rumah-tangga yang tidak tahu-menahu dengan
urusan perjuangan. Namun demikian, mereka tidak dapat dipandang
sebelah mata mengingat peranannya yang lebih banyak berada pada
ruang-ruang yang samar dan tidak jarang menjadi andalan suatu
gerakan perjuangan Indonesia.
Walaupun mereka tidak membawa identitas atau ciri-ciri khusus
yang khas pada suatu perkumpulan perempuan atau lelaki, namun
gerakan pejuang-pejuang semacam ini juga tidak jauh-jauh dari
managemen perjuangan suatu organisasi. Setidaknya, hal ini tampak
pada gerakan mereka yang menyambung informasi antar
perkumpulan ataupun gerilyawan. Sehingga antara perkumpulan dan
gerilyawan itu dapat meminimalisir potensi tabrakan dalam
merealisasikan strategi perjuangan mereka.
Banyaknya para pejuang dari kaum perempuan sekaligus
organisasi yang digunakan mereka itu memang secara alami
membentuk potensi tabrakan strategi perjuangan. Antara pejuang
yang satu dengan lainnya atau organisasi yang satu dengan organisasi
yang lainnya dapat saling menabrak. Ini sangat dapat dimaklumi
mengingat posisi, keberadaan, dan konsentrasi praktik perjuangan
mereka belum tentu sama. Kalaupun bergerak dalam bidang yang
serupa, kenyataan posisi atau medan perjuangan mereka bersebaran.
Maka logis sekali jika kemudian organisasi-organisasi ataupun
perjuangan perorangan kaum perempuan itu membutuhkan
167
167

