Page 65 - Perempuan Dalam Gerakan Kebangsaan
P. 65
Dra. Triana Wulandari, M.SI., dkk. (eds.)
memiliki kepandaian, kekayaan dan anak akan tetapi tujuan hidup
manusia yang utama adalah mencapai kebahagiaan yang tertinggi
yakni moring kawula Gusti (bersatunya hamba dengan Tuhan).
Keluhuran budi sendiri merupakan percikan dari ajaran-ajaran
Tuhan yang harus ditaati oleh umat manusia.
Namun sayangnya, ajaran-ajaran Tuhan itu sering-kali disalah
pahami oleh masyarakat. Misalnya, adanya pernyataan seseorang
bahwa perempuan telah ditakdirkan memiliki kemampuan yang
hanya seperdelapannya laki-laki. Hal ini tampak pada kalimat
semacam ini: nadyan wus kanthi pinasthi marang Hyang Kang
Murbeng Titah, grahitaning para perempuan, saprahastaning pra
putra, arantaraning pamikir, marmeng ngger away sireku, pasang
sumeh jroning ati. Artinya; walau sudah ditentukan oleh Tuhan
Pencipta Alam bahwa akal perempuan seperdelapannya laki-laki,
hendaklah engkau tetap menerima dalam hati.
Hal itu menunjukkan bahwa masyarakat masih memandang
perempuan sebagai manusia yang kedudukannya lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Keinferioritasan (perempuan sebagai
perempuan bawahan, rendah dan kurang baik), sedangkan pria
adalah superioritas (manusia atasan, pimpinan) merupakan salah
satu dari sekian banyak isu mengenai perempuan. Pandangan ini
merupakan akibat dari pemahaman dan interpretasi masa lalu yang
sulit diterima pada masa sekarang. Kesalahfahaman tersebut
merupakan akar dari berbagai masalah yang timbul tentang
perempuan, khususnya dalam kehidupan berkeluarga juga
kehidupan publik.
Untuk mengetahui sejauh mana batas kemampuan perempuan
tentu terlebih dahulu diadakan pembahasan lebih mendalam.
Sehingga dapat diketahui letak kekurangannya serta ketidak-
mampuannya dan sejauh mana batas kekurangan tersebut.
33 33