Page 178 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 178

Bahasa dan Kesantunan                                                167

                  kebiasaan  yang  positif.  Prinsip  solidaritas  bukan  hanya  sebatas
                  konsep  belaka  yang  memiliki  tujuan  dan  peranan  penting  dalam
                  kehidupan setiap kita, tetapi juga merupakan bentuk praktik sikap
                  dan perilaku yang bersifat konsisten untuk diterapkan dengan cara
                  menghargai  perbedaan  dan  tetap  mengaplikasikan  solidaritas
                  dalam  menjalin hubungan sehingga tujuan dari konsep solidaritas
                  itu dapat tercapai. Solidaritas merupakan perasaan atau ungkapan
                  dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
                  hal-hal  yang  membentuk  dasar  dari  solidaritas  itu  sebenarnya
                  bervariasi  dari  satu  komunitas  masyarakat  dengan  komunitas
                  lainnya.  Bisa  saja  dalam  masyarakat  yang  sederhana,  lebih
                  berbasis  pada  seputaran  nilai-nilai  kekerabatan  dan  prinsip
                  berbagi. Lain halnya dalam masyarakat yang lebih kompleks yang
                  terdapat  berbagai  teori  tentang  apa  yang  dapat  memberikan
                  kontribusi rasa solidaritas sosial itu.
                        Kesantunan  mengacu  pada  tata  cara,  atau  adat,  atau
                  kebiasaan  yang  berlaku  dalam  suatu  komunitas  masyarakat.
                  Kesantunan  itu  sendiri  merupakan  aturan  tentang  perilaku  yang
                  ditetapkan  dan  disepakati  bersama  oleh  suatu  komunitas
                  masyarakat  tertentu  sehingga  nilai  kesantunan  tersebut  sekaligus
                  merupakan prasyarat yang telah disepakati sebagai perilaku sosial.
                  Dalam  pergaulan  sehari-hari,  kesantunan  dapat  dilihat  dari
                  berbagai  segi,  yaitu:  Pertama,  kesantunan  memperlihatkan  sikap
                  yang mengandung nilai sopan santun atau etika dalam pergaulan
                  sehari-hari.  Ketika  orang  dikatakan  santun,  maka  dalam  diri
                  seseorang  itu  tergambar  nilai  sopan  santun  atau  nilai  etika  yang
                  berlaku  secara  baik  di  masyarakat  tempat  seseorang  itu  berada.
                  Seseorang dikatakan santun, apabila masyarakat memberikan nilai
                  kepadanya,  baik  penilaian  itu  dilakukan  secara  seketika
                  (mendadak)  maupun  secara  konvensional  (panjang,  memakan
                  waktu lama). Kedua, kesantunan  bersifat kontekstual. Maksudnya
                  bahwa  hal  itu  bisa  saja  berlaku  dalam  masyarakat,  tempat,  atau
                  situasi  tertentu  akan  tetapi  belum  tentu  dapat  berlaku  bagi
                  masyarakat, tempat, atau situasi lain. Perhatikan ketika seseorang
                  bertemu  dengan  sahabat  karibnya,  boleh  saja  dia  menggunakan
                  kata  yang  agak  kasar  dengan  suara  yang  agak  keras  karena
                  situasinya  pada  keakraban,  tetapi  hal  itu  tidak  menjadi  santun
                  ketika  ditujukan  kepada  seorang  tamu  atau  seseorang  yang  baru
                  kita  kenal.  Mengecap  atau  mengunyah  makanan  dengan  mulut
                  berbunyi tentu dianggap tidak sopan saat sedang makan bersama
                  dengan  orang  banyak  di  sebuah  perjamuan  makan,  tetapi  hal  itu
                  dapat  dianggap  biasa  saja  ketika  dilakukan  di  rumah  sendiri.
                  Ketiga,  kesantunan  itu  bersifat  bipolar.  Maksudnya  bahwa
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183