Page 192 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 192

Bahasa dan Kesantunan                                                181

                        (7)   Syarfuni  : “Ayo, cepat dibuka!
                               Meri     : “Sebentar dulu, masih dingin.”
                        Tuturan  (7)  di  atas  memiliki  kadar  kejelasan  yang  rendah
                  sehingga  kadar  kekaburannya  menjadi  sangat  tinggi.  Tuturan
                  Syarfuni sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang
                  sebenarnya  diminta  oleh  penutur.  Kata  „dibuka‟  dalam  tuturan  (7)
                  mengandung kadar ketaksaan dan kekaburan  yang sangat tinggi.
                  Oleh  karenanya,  maknanya  pun  menjadi  sangat  kabur.  Dapat
                  dikatakan  demikian  karena  kata  „dibuka‟  dimungkinkan  untuk
                  ditafsirkan bermacam-macam. Demikian pula dengan tuturan  Meri
                  juga mengandung kadar ketaksaan yang cukup tinggi. Kata „dingin‟
                  yang  dituturkan  oleh  Meri  dapat  menimbulkan  banyak  penafsiran
                  karena  dalam  tuturan  tersebut  tidak  jelas  apa  sebenarnya  yang
                  masih  „dingin‟  itu.  Tuturan  (7)  dapat  dikatakan  melanggar  prinsip
                  kerja sama karena tidak memenuhi maksim pelaksanaan.
                        Apa  yang  dapat  kita  amati,  oleh  karena  itu,  adalah  bahwa
                  maksim  terlibat  dalam  semua  jenis  perilaku  kooperatif  yang
                  rasional;  kita  menganggap  dunia  bekerja  sesuai  dengan
                  seperangkat  Maksim  atau  aturan  yang  telah  kita  lakukan,  dan
                  umumnya  kita  melakukan  yang  terbaik  sehinnga  membuatnya
                  bekerja  dengan  cara  seperti  itu.  Tidak  ada  yang  istimewa  dari
                  percakapan  saat  kita  melihatnya  dengan  cara  seperti  itu.  Tentu
                  saja, pidato sehari-hari sering terjadi dalam keadaan yang kurang
                  ideal.

                  Percakapan
                        Berbicara  dapat  direncanakan  atau  tidak  direncanakan.
                  Berbicara  tanpa  direncanakan  mungkin  tidak  akan  semuan
                  tersampaikan sedangkan berbicara  yang direncanakan dan dilatih
                  misalnya, adalah pidato sambutan kepala negara yang berkunjung,
                  namun      bagian-bagiannya       mungkin      sudah      direncanakan
                  sebelumnya  pada  tingkat  yang  lebih  besar.  Pidato  yang  tidak
                  terencana  adalah  pembicaraan  yang  tidak  dipikirkan  sebelum
                  berekspresi. Pidato  yang tidak direncanakan  memiliki karakteristik
                  tertentu:  pengulangan;  kalimat  aktif  sederhana;  pembicara  dan
                  pendengar menggabungkan untuk menyusun proposisi; merangkai
                  klausa  bersama-sama  dengan  dan  atau  atau  penjajaran  klausa
                  tanpa  hubungan  terang  sama  sekali;  menghapus  subjek  dan
                  rujukan; kemudian penggunaan deiktik, misalnya, kata-kata seperti
                  ini,  itu,  di  sini,  dan  di  sana.  Penggunaanya  secara  tidak  terpola,
                  seperti, mungkin, tapi, semacam, anda tahu, saya kira, dll. Sintaks
                  percakapan yang tidak terencana juga sama sekali bukan tentang
                  prosa tertulis formal dan diedit. Hal ini terdiri dari ujaran yang sering
   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196   197