Page 196 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 196

Bahasa dan Kesantunan                                                185

                  pembicaraan,  dan  oleh  karenanya,  pembicaraan  yang  bermakna
                  tentu merupakan pembicaraan yang mengikuti maksim.

                  Karakteristik percakapan
                        Tuturan ada yang direncanakan dan ada yang tidak. Tuturan
                  yang tidak direncanakan, diucapkan tanpa berpikir atau mendahului
                  ekspresi. Tuturan ini mempunyai ciri-ciri: adanya pengulangan atau
                  repetisi,  menggunakan  kalimat  aktif  sederhana,  pembicara  dan
                  pendengar       bekerja     sama      untuk     membuat       proposisi,
                  menghubungkan  klausa  dengan  kata  "dan"  serta  "tetapi",
                  penghilangan  subjek  dan  referen,  menggunakan  deiktis  seperti
                  "ini",  "itu",  "di  sana",  "di  sini",  dan  sebagainya.  Dengan  demikian,
                  pembicaraan  yang  tidak  terencana  adalah  tuturan  yang  tidak
                  terorganisir. Dapat dikatakan bahwa percakapan terkonsep secara
                  lokal.  Hal  ini  berarti,  percakapan  cenderung  dilakukan  tanpa
                  rencana  yang  sadar  dan  bergantung  pada  para  partisipan  untuk
                  mengaturnya  dengan  menggunakan  sejumlah  sarana  dan  prinsip
                  yang  sudah  diketahui  untuk  digunakan  dalam  percakapan.  Salah
                  satu  sarana  organisasi  percakapan  yang  digunakan  adalah
                  Adjacency  pair  (pasangan  yang  sesuai).  Tipe  tuturan  dengan
                  berbagai  jenis  ditemukan  secara  berulang:  seperti  salam  dijawab
                  dengan  salam;  ceramah  mendapat  tanggapan;  pertanyaan
                  mendapat jawaban; permintaan dan penawaran mendapat jawaban
                  atau penolakan dan sebagainya.
                        Percakapan adalah kegiatan kerjasama yang melibatkan dua
                  atau    lebih    pihak,     yang    masing-masingnya        dibolehkan
                  menggunakan kesempatan untuk berpartisipasi. Karena itu, harus
                  ada  prinsip  yang  mengatur  siapa  yang  harus  berbicara.  Hal  ini
                  disebut  juga  sebagai  turn-taking  atau  giliran  berbicara.  Penelitian
                  menunjukkan  bahwa  kurang  dari  lima  persen  tuturan  yang  saling
                  berhimpitan, dan kekosongan antara tuturan kadang-kadang hanya
                  terhitung  beberapa  mikrosekon  dan  kadang-kadang  hanya
                  sepersepuluh detik. Pergiliran bicara ini dilakukan dalam berbagai
                  keadaan,  di  antaranya  terjadi  antara  beberapa  partisipan  dalam
                  percakapan  biasa  dan  dalam  telepon.  Karena  itu,  ada  semacam
                  rambu-rambu  yang  harus  disadari  supaya  kita  bisa  melakukan
                  pergiliran  bicara  dengan  baik.  Sangat  jarang  ditentukan  waktu
                  giliran  berbicara  dalam  berbagai  peristiwa,  misalnya  debat  resmi
                  yang  waktunya  telah  ditetapkan  sebelumnya.  Percakapan  umum
                  tidak  menggunakan  pra-alokasi  waktu.  Partisipan  biasanya
                  menggunakan giliran berbicara secara alamiah.
                        Pembicaraan  tentang  tindak  tutur  dan  peristiwa  tutur  tidak
                  bisa  dilepaskan  dari  kehidupan  kita  sebagai  makhluk  sosial  yang
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201