Page 288 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 288
Pemertahanan dan Penelitian Bahasa 277
antar individu, dengan lingkungan dengan masyarakat luas,
dengan demikian akan mudah bagi seorang peneliti untuk
merumuskan masalah yang ada dalam ruang lingkup kajiannya.
Peneliti menghasilkan sebuah realitas sosial dengan cara
interpretatif, dimana kondisi sosial tersebut bersifat sel generating.
Dimana hasil yang didapatkan dapat mempunyai dua arti yaitu
koteks dan konteks. Laporan deskriptif mengenai setting tersebut
secara simultan dibentuk oleh setting yang dibentuknya (Denzin &
Lincoln, 1994). Peneliti dan aktor sosial (nara sumber) harus
berada dalam posisi setara, melakukan penukaran pengalaman
(vis a vis), interaksi sosial yang intens (interpretive
coparticipants), dan memiliki hak yang sama (termasuk hak untuk
berbeda pendapat). Proses pencapaian kesepakatan di antara
keduanya dilakukan secara kompromi, masing-masing
menggunakan akal sehat. Maksudnya adalah sesuatu yang dapat
diterima bersama berdasarkan penggunaan logika.
Dengan cara demikian, masyarakat akan lebih mudah
memahami kebutuhannya (sense of order), sehingga akumulasi
wacana mereka menjadi dasar dalam membangun pengembangan
masyarakat . Peneliti dalam etnometodologi harus menjadi sosok
bagian masyarakat yang baik, penulis yang jujur, dan fasilitator
yang bersahabat. Kemampuan akademis penulis akan teruji ketika
melakukan komunikasi antar subjek dan cara berbaur dengan
subjek penelitian. Mengenai data penelitian, dapat berupa verbal
dan non verbal seperti( gelak tawa, tepuk tangan)
Sementara itu dikenal lima prinsip dalam menganalisis percakapan
menurut (Zimmerman, 1978), yakni:
a) pengumpulan dan analisis data yang cukup rinci tentang
percakapan,
b) setiap aspek percakapan baik besar atau kecil diatur
sedemikian rupa oleh model ini dan juga oleh peneliti,
c) kestabilan dan keteraturan percakapan dan interaksi sangat
diperhatikan. Peneliti berada pada posisi independen yang
terpisah dari pelaku kajiannya,
d) kerangka percakapan fundamental diorganisasi dengan
sangat teratur, dan
e) interaksi percakapan dikelola berdasarkan dasar tempat atau
bergiliran.
Secara metodologis, analisis percakapan berupaya
mempelajari percakapan dalam dalam konteks yang wajar, sering
menggunakan alat perekam. Asumsi dasar analisis percakapan
terdiri dari:

