Page 49 - Cooperative Learning
P. 49
Implementasi Cooperative Learning di Tingkat SMA 39
mempelajari berbagai hal tentang pedagogic, dan bertindak secara
profesional.
Kurikulum 2013, menuntun peranan guru bahasa tidak hanya
mengajar gramatikal tetapi juga mampu mengajar empat
keterampilan secara terintegrasi satu dengan keterampilan yang lain
berbasis pendekatan saintifik, bahasa yang dapat digunakan secara
komunikatif, berlandaskan pada Student Centered Learning (SCL),
serta mampu menghadirkan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada siswa dalam pembelajaran dan penerapannya di lingkungan
sekolah dan masyarakat dan membangun karakter peserta didik
sesuai filosofi yang terkandung dalam Kurikulum 2013. Nilai-nilai
tersebut juga relevan dengan pembelajaran berbasis koperatif
yang akan dibahas pada tulisan ini (Masoud A., Masoud H., &
Sohrab D., 2012).
Penerapan kurikulum ini, tentu harus disikapi dengan
profesional. Guru tidak lagi harus terpaku dengan metode ceramah,
tidak lagi harus terpaku dengan fokus grammar learning, dan tidak
harus selalu mencari posisi yang nyaman dalam mengajar.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan meneliti satu sekolah dengan
hanya melihat bagaimana perspektif guru terhadap metode
pengajaran berbasis cooperative learning dalam kurikulum 2013.
Meskipun demikian, untuk mewujudkan pembelajaran
koperatif di kelas tentu tidak semudah mengatakannya. Penulis
tertarik untuk meneliti tentang pembelajaran cooperative learning
untuk memperoleh gambaran tentang perspektif dan implementasi
pembelajaran koperatif di tingkat SMU oleh guru bahasa Jepang di
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah dalam
perspektif guru bahasa Jepang tentang metode cooperative
learning di SMU Athirah Makassar.