Page 84 - Buku Metodologi Kepelatihan Olahraga
P. 84
78 Metodologi Latihan Olahraga
otot dinamik dapat dibedakan menjadi konsentrik dan esentrik. Pada gerakan
konsentrik, atlet akan mengeluarkan kekuatan yang lebih besar daripada tahanan beban
dan akibatnya otot memendek untuk menarik sendi yang menghubungkan antara satu
dengan lainnya. Bompa (1994) menyatakan bahwa kontraksi konsentrik adalah
memendeknya ukuran otot selama kontraksi. Menurut Bompa (1994) kontraksi
eksentrik adalah otot memanjang saat kontraksi.
Kontraksi isometrik oleh Kent (1994) disebut juga kontraksi statis, secara
konvensional digunakan untuk menjelaskan kontraksi suatu otot dimana tegangan otot
bertambah tetapi otot tidak berubah panjang. Latihan isometrik adalah adalah suatu
latihan dimana sekelompok otot berkontraksi tanpa menggerakkan sendi tempat otot-
otot melekat. Latihan tersebut seperti gerakan mendorong benda yang tidak bergerak.
Latihan isometrik meliputi kontraksi otot saat melakukan angkatan tidak berubah,
beban yang tidak bergerak. Bompa (1994) menjelaskan bahwa suatu otot dapat
berkembang tegangannya, seringkali lebih tinggi daripada dikembangkan melalui
kontraksi dinamis, yaitu melalui kondisi statis atau isometrik. Penerapannya, seseorang
menahan beban terutama bangunan yang tidak bergerak atau benda yang tidak berhasil
dilawan kekuatannya oleh seseorang, membuat tegangan otot berkembang tanpa
mengubah panjangnya. Kondisi statis dapat dilaksanakan melalui tiga teknik, yaitu
dengan cara mengangkat beban yang lebih berat dari kemampuannya, menggunakan
kekuatan mendorong atau menarik melawan benda yang tidak bergerak, dan
menggunakan kekuatan anggota badan saling melawan dengan yang lain. Jika metode
ini digunakan, Bompa (1994) menyarankan tentang aspek-aspek metodologis berikut
ini harus diperhatikan. 1) Kontraksi statis akan efisien jika menggunakan 70-100%
kekuatan maksimum seseorang. 2) Menerapkan metode ini terutama pada latihan bagi
atlet dewasa dengan latar belakang bagus dalam latihan kekuatan. Jika digunakan
untuk yunior menggunakan intensitas rendah. 3) Dosis latihan diintensifkan dengan
menambah jumlah latihan, bukan usaha per kontraksi. 4) Lama kontraksi antara 6-12
detik dengan total 60-90 detik kontraksi per kelompok otot sekali waktu latihan. 5)
Selama interval istirahat (60-90 detik) disarankan latihan relaksasi dan pernapasan. 6)
Agar program latihan lebih efektif bergantian dengan kontraksi isotonik, terutama
untuk olahraga yang memerlukan kecepatan dan power. Hasil penelitian Hettinger dan
Muller (1953) dilaporkan bahwa kekuatan dapat ditingkatkan rata-rata lima persen per
78