Page 30 - jhana dan umat awam
P. 30
yang tidak harus menyiratkan pencapaian tingkat memasuki-
arus, di sini ungkapan “melihat dengan kebijaksanaan
sempurna” tampaknya menegaskan identitasnya sebagai
minimal seorang pemasuk-arus. Namun bagian ke dua dari
pernyataan ini menyiratkan bahwa ia tidak memiliki bahkan
jhāna pertama, karena frasa yang digunakan untuk
menggambarkan apa yang tidak ia miliki (“kegembiraan dan
kebahagiaan yang terpisah dari kenikmatan indria, terpisah
dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat”) secara tepat
menyebutkan formula dasar dari jhāna pertama. Kondisi
“yang lebih damai daripada hal ini” tentu saja, adalah jhāna-
jhāna yang lebih tinggi.
(2) Dalam AN 5:179/III 211, Sang Buddha berkata, sehubungan
dengan “seorang pengikut awam berjubah putih” (gihī
odātavasana), dari empat “kediaman nyaman dalam
kehidupan ini yang berhubungan denagn pikiran yang lebih
tinggi” (cattāro ābhicetasikā diṭṭhadhammasukhavihārā).
Sekarang sehubungan dengan para bhikkhu, Nikāya-Nikāya
seluruhnya menggunakan ungkapan ini sebagai bermakna
empat jhāna. [25] Jika dianggap sebagai suatu kelaziman, atau
bahkan suatu paradigma, bagi seorang siswa awam untuk
mencapai empat jhāna, maka kita dapat berharap bahwa Sang
Buddha menjelaskan ungkapan di atas dengan cara yang sama
seperti yang Beliau ajarkan kepada para bhikkhu. Tetapi tidak
demikian halnya. Melainkan, ketika Beliau mengatakan apa
yang dimaksud sebagai “kediaman nyaman” bagi seorang
umat awam mulia, Beliau mengidentifikasinya dengan
kepemilikan empat “faktor memasuki-arus” (sotāpattiyaṅga),
yaitu, keyakinan kuat pada Sang Buddha, Dhamma, dan
26