Page 35 - jhana dan umat awam
P. 35

Kapankah Jhāna-jhāna diperlukan?











            Sementara  tampaknya  tidak  ada  sutta  yang  memaksakan
            aturan kaku bahwa seorang siswa awam mulia harus memiliki
            jhāna-jhāna, terdapat minimal dua teks yang secara eksplisit
            mengatakan  bahwa seluruh  empat  jhāna dimiliki  oleh  para
            perumah  tangga  tertentu.  Salah  satunya,  terdapat  dalam
            Citta-saṃyutta  (SN  41:9/IV  300-2),  menceritakan  Citta  si
            perumah tangga, pengkhotbah awam terunggul, dalam suatu
            percakapan  dengan  seorang  petapa  telanjang  bernama
            Kassapa. Kassapa adalah seorang teman lama Citta yang telah
            menjalani  kehidupan  meninggalkan  keduniawian  sejak  tiga
            puluh  tahun  sebelumnya,  dan  ini  jelas  adalah  pertemuan
            pertama mereka sejak saat itu. Kassapa mengaku kepada Citta
            bahwa selama itu ia belum mencapai tingkat “keluhuran yang
            melampaui  manusia  biasa  dalam  hal  pengetahuan  dan
            penglihatan selayaknya para mulia”   (uttarimanussadhammā
            alamariya-ñāṇadassanavisesa); apa yang ia lakukan hanyalah
            bepergian  dengan  telanjang,  dengan  rambut  dicukur,
            menggunakan sikat  bulu  untuk  menyapu  alas  duduknya.  Ia
            kemudian  bertanya  kepada  Citta  apakah,  sebagai  seorang

                                           31
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40