Page 14 - BAHAN AJAR
P. 14
Respons peradangan sistemik yang lain adalah demam. Beberapa toksin yang
dihasilkan oleh patogen, serta zat- zat yang disebut pirogen (pyrogen) yang dilepaskan oleh
makrofag teraktivasi, dapat menyetel ulang termostat tubuh ke suhu yang lebih tinggi.
Manfaat dari demam yang dihasilkan masih menjadi subjek perdebatan. Satu hipotesis
menyatakan bahwa suhu tubuh yang naik bisa meningkatkan fagositosis dan, dengan
mempercepat reaksi-reaksi kimiawi, mempercepat perbaikan jaringan.
Infeksi-infeksi bakteri tertentu dapat menginduksi respons peradangan sistemik
berlebihan, menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa, disebut syok septik (septic
shock). Dicirikan oleh demam yang sangat tinggi, aliran darah yang rendah, dan tekanan
darah rendah, syok septik terjadi paling sering pada orang yang sangat tua dan sangat muda.
Syok septik berakibat fatal pada sepertiga kasus.
Sinyal kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang luka akan menyebabkan ujung saraf
mengirimkan sinyal ke sistem saraf. Histamin berperan dalam proses pelebaran pembuluh
darah. Makrofag disebut juga big eaters karena berukuran besar, mempunyai bentuk tidak
beraturan, dan membunuh bakteri dengan cara memakannya. Seperti cara makan pada
amoeba, seperti itulah cara makrofag memakan bakteri.
Bakteri yang sudah berada di dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim
lisosom. Makrofag ini juga bertugas untuk mengatasi infeksi virus dan partikel debu yang
berada di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaan makrofag ini sedikit,
tetapi memiliki peran sangat penting.
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan
matinya jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang masih hidup membentuk nanah.
Terbentuknya nanah ini merupakan indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi
inflamatori ini sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih
memakan bakteri yang menginfeksi tubuh. Selain sel monosit yang berubah menjadi
makrofag juga terdapat sel neutrofil yang akan membunuh bakteri (mikroorganisme asing
lainnya).
c. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung
Interferon adalah protein-protein yang memberikan pertahanan bawaan melawan infeksi
virus. Sel-sel tubuh tang terinfeksi oleh virus menyekresikan interferon, menginduksi sel-sel
tak-terinfeksi di dekatnya untuk menghasilkan zat-zat yang menghambat reproduksi virus.
Dengan cara ini, interferon membatasi penyebaran virus dari sel-ke-sel di dalam tubuh,
membantu mengontrol infeksi virus seperti pilek dan influenza. Beberapa jenis sel- sel darah
putih menyekresikan tipe interferon berbeda yang membantu mengaktivasi makrofag,