Page 137 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 137

137
                                            Mukti Fajar ND.



             terjadi dewasa ini tidak hanya sekadar pudarnya trust masyarakat terhadap
             pemerintah dan sebaliknya, melainkan juga antara pihak luar negeri dengan
             pemerintah, serta di antara sesama kelompok masyarakat. Yang terakhir
             disebutkan itu tercermin dengan sangat jelas dari keberingasan massa
             terhadap simbol-simbol kekuasaan serta kemewahan dan terhadap kelompok
             etnis Cina, seperti yang dikenal dengan peristiwa Mei 1998.

                Sementara itu, krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat
             dilihat dari respons masyarakat yang kerap kali berlawanan dengan tujuan
             kebijakan yang ditempuh pemerintah. Misalnya, kebijakan pemerintah yang
             seharusnya berupaya menggiring ekspektasi masyarakat ke arah kanan, justru
             telah menimbulkan respons masyarakat menuju ke arah kiri, dan sebaliknya.
             Faktor lainnya adalah semakin timpangnya distribusi pendapatan dan
             kekayaan, sehingga mengakibatkan lunturnya solidaritas sosial. 50
                Sistem ekonomi yang berlaku sekarang ini nyata-nyata telah mendorong
             perilaku konsumtif masyarakat dan telah menyeret begitu jauh perekonomian

             nasional untuk tumbuh secara instant. Hanya negara-negara kaya dengan
             perangkat kelembagaan ekonomi politik yang mantaplah yang bisa
             mengeliminasikan dampak-dampak negatif dari gelombang pergerakan
             finansial global ini.
                Negara-negara yang kuat tidak perlu lagi bergelimangan peluh untuk
             menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan rakyatnya. Mereka
             cukup melakukan rekayasa finansial yang menghasilkan kemelimpahan dana
             untuk membeli berbagai macam kebutuhan fisiknya. Sebaliknya, negara-
             negara yang menghasilkan produk riil (barang) tidak pernah bisa menikmati
             hasil yang layak. Sebelum peluh mereka mengering, nilai uang riil yang
             dihasilkan itu telah disedot oleh gejolak kurs dan tercekik oleh tingginya

             suku bunga.
                Perilaku ekonomi yang “tidak wajar” seperti itu tidak hanya dilakukan
             oleh para aktor pasar finansial internasional seperti George Soros, tetapi
             juga telah meracuni para pelaku bisnis di Indonesia. Hampir semua impe-
             rium bisnis di Indonesia telah melakukan beragam rekayasa finansial, sehingga
             memungkinkan mereka menjelma dalam bentuk gurita konglomerasi secara
             instant. Langkah mereka semakin mulus setelah disangga oleh sistem politik
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142