Page 133 - EBOOK_UMKM dan Globalisasi Ekonomi
P. 133
133
Mukti Fajar ND.
memberikan kontribusi produktif bagi peningkatan kesejahteraan riil
masyarakat. Ini semua terjadi karena “uang” dan “aset finansial” lainnya saling
diperdagangkan sebagaimana halnya sebuah komoditas. 44
Bagaimanapun juga, sektor finansial tidak pernah terlepas kaitannya
dengan sektor riil. Keberadaan sektor finansial, dengan segala bentuk
kerumitan instrumen dan berbagai lembaga keuangan yang menopangnya,
tidak mungkin bisa berdiri sendiri. Sehebat dan secanggih apa pun sektor
finansial itu, pada intinya mereka tetap merupakan fasilitator bagi eksistensi
sektor riil.
Dalam kenyataannya kini makin nampak bahwa kedua sektor ini telah
mengalami lepas kaitan (decoupling), maka masyarakat tinggal menunggu
waktu akan datangnya kehancuran peradaban. Atau minimal bersiap-siap
untuk hidup dalam kegemerlapan artifisial dengan segala konsekuensinya.
Oleh karena itu, tidak ada cara lain bagi kita untuk sungguh-sungguh
mengupayakan terbentuknya suatu tatanan baru, yang menempatkan
kembali sektor finansial pada fungsinya yang hakiki. Sayangnya, dewasa ini
kita hidup dalam alam realitas yang sudah terlanjur menempatkan uang dan
perangkat finansial lainnya sebagai suatu komoditas. Telah banyak negara
yang tersungkur dan terseret oleh arus permainan kapitalisme finansial yang
berperilaku semakin “buas”. Suatu perekonomian yang menapaki tahap demi
tahap perkembangan, yang telah ditumbuhkan oleh peluh keringat berjuta-
juta rakyatnya, tiba-tiba saja bisa diluluh-lantakkan dalam sekejap dengan
cara mengguncang nilai mata uangnya hingga tersungkur tanpa kekuatan
untuk membela diri. 45
Sebetulnya, kesadaran akan bahaya kapitalisme dengan sosok seperti
sekarang ini sudah mulai tumbuh. Di antaranya justru datang dari kalangan
pemikir Barat sendiri, termasuk para pemikir di lembaga-lembaga keuangan
internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Anehnya, justru kesadaran seperti itulah yang saat ini kurang muncul di
negara kita dan negara berkembang pada umumnya sehingga secara
“sukarela” mereka mau menerjunkan diri ke dalam ajang permainan yang
sangat “buas” ini.
Pemikiran-pemikiran alternatif sebagaimana sudah sangat sering